Flat foot pada anak sering dianggap normal, tapi kapan harus diwaspadai? Kenali tanda-tanda penting dan cara stimulasi efektif untuk atasi flat foot sejak dini.

Kesehatan Anak

Flat foot atau telapak kaki datar adalah kondisi yang sering menimbulkan kekhawatiran pada orang tua. Banyak anak memang tampak memiliki kaki datar di usia balita, tetapi kapan kondisi ini dianggap normal dan kapan harus diwaspadai?
Artikel ini akan mengulas lengkap mengenai flat foot pada anak, dari penyebab hingga penanganannya yang efektif.
<h2 class="" data-start="3172" data-end="3210">Apa Itu Flat Foot (Pes Planus)?</h2>
Flat foot, atau dalam istilah medis disebut pes planus, adalah kondisi di mana lengkungan kaki menghilang atau rata, menyebabkan seluruh bagian telapak menyentuh lantai saat berdiri. Ini bisa terjadi pada satu atau kedua kaki.
Flat foot dibagi menjadi dua jenis utama:
<ul>
<li data-start="3484" data-end="3581">Flexible flat foot: lengkungan muncul saat kaki tidak menanggung beban (misalnya saat duduk).</li>
<li data-start="3484" data-end="3581">Rigid flat foot: lengkungan tetap tidak ada bahkan saat tidak menanggung beban&mdash;ini biasanya memerlukan penanganan medis lebih lanjut.</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="3728" data-end="3787">Semua Anak Lahir dengan Flat Foot: Mitos atau Fakta?</h2>
Benar, hampir semua bayi terlahir dengan kaki datar. Ini karena struktur kaki mereka masih lunak dan mengandung lapisan lemak di telapak yang menyamarkan lengkungan kaki.
Namun seiring bertambahnya usia, terutama antara usia 2&ndash;6 tahun, lengkungan kaki mulai terbentuk. Bila setelah usia 6 tahun lengkungan belum juga terbentuk, bisa jadi ada kondisi yang memerlukan perhatian khusus.
<h2 class="" data-start="4180" data-end="4230">Perbedaan Flat Foot Normal dan Tidak Normal</h2>
Normal:
<ul>
<li data-start="4246" data-end="4274">Terjadi pada bayi dan balita</li>
<li data-start="4246" data-end="4274">Tidak menimbulkan keluhan atau hambatan aktivitas</li>
<li data-start="4246" data-end="4274">Membaik seiring usia</li>
</ul>
Tidak Normal:
<ul>
<li data-start="4371" data-end="4400">Bertahan setelah usia 6 tahun</li>
<li data-start="4371" data-end="4400">Disertai keluhan seperti nyeri, jalan jinjit, atau cepat lelah</li>
<li data-start="4371" data-end="4400">Disertai pola berjalan tidak wajar atau sepatu cepat aus</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="4531" data-end="4566">Penyebab Flat Foot pada Anak</h2>
Berikut beberapa faktor risiko umum:
<ul>
<li data-start="4607" data-end="4664">Keturunan: Riwayat keluarga dengan kondisi kaki datar</li>
<li data-start="4607" data-end="4664">Kurang aktivitas fisik: Otot kaki kurang distimulasi</li>
<li data-start="4607" data-end="4664">Obesitas: Memberi tekanan ekstra pada lengkungan kaki</li>
<li data-start="4607" data-end="4664">Kondisi neurologis dan muskuloskeletal: Seperti cerebral palsy atau koalisi tarsal</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="4879" data-end="4936">Gejala Flat Foot yang Perlu Diwaspadai (Red Flags)</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/68185e4a-420f3e0f-828f-415f-bc8d-b89bea35e8b1.jpg" />
<ul>
<li data-start="4938" data-end="5300">Nyeri pada kaki, pergelangan kaki, lutut, pinggul, atau punggung bawah</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Kesulitan melakukan aktivitas fisik seperti lari atau melompat</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Pola berjalan canggung atau tidak normal</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Sering terjatuh</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Sepatu mudah aus atau tidak rata</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Daya tahan tubuh berkurang saat aktivitas</li>
<li data-start="4938" data-end="5300">Kaku pada kaki &rarr; bisa menandakan masalah seperti koalisi tarsal</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="5307" data-end="5351">Dampak Flat Foot Jika Tidak Ditangani</h2>
<ul>
<li data-start="5355" data-end="5391">Gangguan keseimbangan dan koordinasi</li>
<li data-start="5355" data-end="5391">Performa motorik kasar menurun</li>
<li data-start="5355" data-end="5391">Risiko nyeri kronis atau kelainan postur</li>
<li data-start="5355" data-end="5391">Gangguan tumbuh kembang secara fungsional</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="5518" data-end="5570">Diagnosis dan Pemeriksaan Flat Foot pada Anak</h2>
Dokter anak atau spesialis ortopedi akan melakukan:
<ul>
<li data-start="5626" data-end="5694">Pemeriksaan fisik: Melihat bentuk kaki saat berdiri dan berjalan</li>
<li data-start="5626" data-end="5694">Tes tiptoe dan heel walking</li>
<li data-start="5626" data-end="5694">Pemeriksaan imaging (X-ray, MRI) jika dicurigai kondisi patologis</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="5807" data-end="5836">Kapan Harus ke Dokter?</h2>
Jika anak sudah lebih dari 6 tahun dan masih menunjukkan flat foot yang kaku atau disertai gejala red flag, segera konsultasi ke dokter spesialis anak atau ortopedi anak.
<h2 class="" data-start="6015" data-end="6074">Stimulasi dan Latihan untuk Mengatasi Flat Foot Anak</h2>
Latihan terstruktur sangat efektif untuk memperkuat otot lengkungan kaki. Dilakukan secara rutin, hasilnya signifikan!
<h3 class="" data-start="6196" data-end="6229">Panduan Latihan di Rumah:</h3>
<div class="_tableContainer_16hzy_1">
<div class="_tableWrapper_16hzy_14 group flex w-fit flex-col-reverse" tabindex="-1">
<table class="w-fit min-w-(--thread-content-width)" data-start="6230" data-end="6705">
<thead data-start="6230" data-end="6253">
<tr data-start="6230" data-end="6253">
<th data-start="6230" data-end="6240" data-col-size="sm">Latihan</th>
<th data-start="6240" data-end="6253" data-col-size="md">Deskripsi</th>
</tr>
</thead>
<tbody data-start="6277" data-end="6705">
<tr data-start="6277" data-end="6345">
<td data-start="6277" data-end="6289" data-col-size="sm">Toe Curls</td>
<td data-start="6289" data-end="6345" data-col-size="md">Duduk, kerutkan jari kaki untuk menarik handuk kecil</td>
</tr>
<tr data-start="6346" data-end="6414">
<td data-start="6346" data-end="6360" data-col-size="sm">Heel Raises</td>
<td data-col-size="md" data-start="6360" data-end="6414">Berdiri jinjit, tahan 3&ndash;5 detik, turunkan perlahan</td>
</tr>
<tr data-start="6415" data-end="6504">
<td data-start="6415" data-end="6428" data-col-size="sm">Arch Lifts</td>
<td data-start="6428" data-end="6504" data-col-size="md">Angkat lengkung kaki sambil duduk, tumit dan jari tetap menyentuh lantai</td>
</tr>
<tr data-start="6505" data-end="6564">
<td data-start="6505" data-end="6522" data-col-size="sm">Ankle Alphabet</td>
<td data-start="6522" data-end="6564" data-col-size="md">&ldquo;Menulis&rdquo; alfabet dengan kaki di udara</td>
</tr>
<tr data-start="6565" data-end="6629">
<td data-start="6565" data-end="6582" data-col-size="sm">Tiptoe Walking</td>
<td data-start="6582" data-end="6629" data-col-size="md">Jalan jinjit pendek untuk perkuat otot kaki</td>
</tr>
<tr data-start="6630" data-end="6705">
<td data-start="6630" data-end="6645" data-col-size="sm">Sand Walking</td>
<td data-start="6645" data-end="6705" data-col-size="md">Jalan tanpa alas kaki di pasir untuk aktivasi otot alami</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div class="sticky end-(--thread-content-margin) h-0 self-end select-none">
<div class="absolute end-0 flex items-end">&nbsp;</div>
</div>
</div>
</div>
<h2 class="" data-start="6712" data-end="6752">Apakah Flat Foot Perlu Dioperasi?</h2>
Operasi sangat jarang diperlukan. Tindakan ini hanya dilakukan jika:
<ul>
<li data-start="6825" data-end="6887">Kaki sangat kaku dan tidak respons terhadap terapi konservatif</li>
<li data-start="6825" data-end="6887">Disertai gangguan struktural yang signifikan</li>
<li data-start="6825" data-end="6887">Nyeri hebat dan mengganggu aktivitas harian</li>
</ul>
<h2 class="" data-start="6987" data-end="7037">Penggunaan Orthotic dan Alas Kaki Pendukung</h2>
Foot orthotics bisa membantu memperbaiki posisi kaki dan memberi dukungan pada lengkungan. Namun, penggunaannya harus diresepkan oleh dokter spesialis setelah evaluasi menyeluruh.
<h2 data-start="7039" data-end="7218">Kesimpulan</h2>
Flat foot pada anak adalah kondisi umum, namun penting bagi orang tua untuk mengenali batas normalnya. Jika terjadi setelah usia 6 tahun atau disertai tanda-tanda seperti nyeri atau gangguan aktivitas, konsultasi ke dokter diperlukan.
Latihan rutin dan perhatian dini akan membantu perkembangan kaki anak secara optimal. Jangan lupa juga cek perkembangan anak lewat fitur <a href="tentanganak://cekliskembang?type=cekliskembang">Kembang</a>.

Flat Foot pada Anak, Apa yang Normal dan Tidak?


Banyak yang bertanya tentang bolehkah ibu hamil makan jengkol? Artikel ini akan membahas semuanya dan telah diulas oleh ahli dari Tim Tentang Anak.

Kehamilan

Kehamilan merupakan masa penuh perhatian terhadap makanan yang dikonsumsi. Salah satu pertanyaan umum yang sering muncul adalah apakah ibu hamil boleh makan jengkol.&nbsp;
Jengkol dikenal dengan aromanya yang kuat dan rasanya yang enak, namun juga dianggap kontroversial karena beberapa alasan.&nbsp;
Artikel ini membahas lebih dalam apakah jengkol aman dikonsumsi ibu hamil. Selain itu, baca juga tentang informasi penting soal manfaat dan risiko jengkol selama kehamilan.
<h2>Manfaat Nutrisi Jengkol</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64d35860-8043ef1c-2acb-4b22-bac6-5e78a685bd6b.png" />
Sebelum membahas lebih jauh, mari kita lihat beberapa manfaat nutrisi yang ada pada jengkol.&nbsp;
Jengkol mengandung protein, serat, zat besi, kalsium, fosfor dan beberapa vitamin B kompleks. Serat membantu pencernaan dan mencegah sembelit yang umum terjadi selama kehamilan.&nbsp;
Kandungan zat besi dapat membantu mencegah anemia, yang merupakan masalah umum pada wanita hamil.
<h2>Risiko Mengkonsumsi Jengkol saat hamil</h2>
Meski jengkol mengandung nutrisi yang berharga, ada beberapa alasan mengapa konsumsi jengkol harus dipantau selama kehamilan:
<h3>Gas dan Pencernaan:</h3>
Jengkol mengandung senyawa yang dapat menyebabkan terlalu banyak gas dalam sistem pencernaan.&nbsp;
Pada wanita hamil, masalah pencernaan seperti gas dan kembung sering terjadi. Mengkonsumsi jengkol tentu dapat memperparah kondisi ini.
<h3>Alergi:</h3>
Beberapa orang memiliki reaksi alergi terhadap jengkol. Reaksi alergi selama kehamilan dapat berdampak negatif pada kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin.
<h3>Pemicu Asam Urat:</h3>
Jengkol mengandung zat purin yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Ini bisa menjadi masalah serius, apalagi jika ibu hamil memiliki riwayat penyakit asam urat.&nbsp;
<h2>Pertimbangan Penting</h2>
Jika Anda tetap ingin mengonsumsi jengkol saat hamil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
<h3>Total Konsumsi:</h3>
Secara umum, jengkol sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah terbatas, terutama saat hamil. Jangan makan dalam porsi besar.
<h2>Persiapan yang baik:</h2>
Memasak jengkol dengan benar dapat membantu mengurangi kadar senyawa penyebab gas. Rebus jengkol lebih lama dan ganti air rebusan beberapa kali.
<h3>Saran medis:</h3>
Sebelum menambahkan jengkol ke dalam makanan Anda, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi. Mereka dapat memberikan saran yang disesuaikan berdasarkan kondisi kesehatan Anda.
<h2>Nutrisi Alternatif untuk Ibu Hamil</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64d3587f-9eb0d2c5-455f-4ee5-a028-ec5fedea3d85.jpg" />
Jika ingin menghindari risiko yang terkait dengan konsumsi jengkol, ada banyak alternatif nutrisi lainnya. Tujuannya, supaya Anda tetap mendapatkan manfaat serupa atau bahkan lebih baik selama kehamilan.&nbsp;
Beberapa sumber protein baik, antara lain daging tanpa lemak, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan.
<h2>Kesimpulan</h2>
Saat menjawab pertanyaan &ldquo;Bolehkah ibu hamil makan jengkol?&rdquo;, jawabannya tidak hitam putih atau ya-tidak.
Meski jengkol mengandung nutrisi yang berharga, risikonya juga harus diwaspadai, termasuk yang berkaitan dengan pencernaan, alergi, dan kadar asam urat.&nbsp;
Jika Anda memutuskan untuk mengkonsumsinya, lakukan dengan bijak dan dalam jumlah terbatas.&nbsp;
Tetapi mengingat risikonya, lebih bijaksana untuk memilih alternatif nutrisi yang lebih aman dan selalu berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengubah pola makan kehamilan Anda.&nbsp;

Bolehkah Ibu Hamil Makan Jengkol? Semua yang Perlu Anda Ketahui

Bayi satu bulan akan menerima imunisasi dasar yang diperlukan agar terhindar dari risiko penyakit dan tumbuh menjadi anak yang sehat.&nbsp;&nbsp;

Newborn

Bayi

Tak terasa bayi Ayah Bunda genap berusia satu bulan, rasanya seperti baru kemarin berada di dalam perut. Sejalan dengan perayaan usianya satu bulan, Ayah Bunda perlu memberikan kado sebagai bekal kesehatannya di masa mendatang dengan memberikan imunisasi.&nbsp;
&nbsp;
Pemberian imunisasi penting bagi bayi berusia satu bulan untuk melindungi kesehatannya di masa kini dan masa mendatang. Oleh karena itu, jangan sampai terlewat pemberian imunisasi dasar untuk bayi berusia satu bulan.&nbsp;
&nbsp;
Apa saja imunisasi dasar yang mesti diberikan pada bayi 1 bulan? Artikel ini akan memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi dasar, apa saja imunisasi yang diberikan untuk bayi 1 bulan dan bagaimana penanganan bayi setelah mendapatkan imunisasi. Mari simak artikel ini hingga selesai agar dapat memberikan pencerahan kesehatan buah hati Ayah Bunda.&nbsp;
<h2>Pentingnya Imunisasi Dasar&nbsp;</h2>
Pemerintah lewat Peraturan Kementerian Kesehatan (Permenkes) mewajibkan orang tua memberikan imunisasi kepada anak untuk perlindungan kesehatan anak dan masyarakat sekitarnya. Kewajiban tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.&nbsp;
&nbsp;
Isi dari Permenkes tersebut adalah kewajiban orang tua memberikan anaknya imunisasi dasar pada bayi di bawah satu tahun untuk mencegah delapan penyakit. Disarikan dari Permenkes, berikut pentingnya imunisasi dasar adalah sebagai berikut:&nbsp;
<h3>1. Meningkatkan Derajat Kesehatan&nbsp;</h3>
Imunisasi dalam Permenkes adalah cara untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sebagai pencegahan terkena penyakit. Lewat imunisasi, anak berkesempatan mendapatkan kehidupan lebih baik dari sisi pendidikan, ekonomi hingga pelayanan kesehatan di masa mendatang.&nbsp;
<h3>2. Jaminan Kesehatan Anak&nbsp;</h3>
Permenkes menyebut dengan imunisasi kekebalan anak akan lebih aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
hanya mengalami sakit ringan. Anak yang telah diimunisasi juga tidak mudah tertular atau menularkan penyakit yang diidap ke masyarakat lebih luas. Sehingga menjaga kesehatan dirinya sendiri dan juga orang lain.&nbsp;
<h3>3. Sifatnya Wajib dan Ada Sanksi</h3>
Kewajiban orang tua untuk memberikan anaknya imunisasi telah tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan ditegaskan kembali pada Permenkes No 12 Tahun 2017 yang berbunyi: &ldquo;Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan tindakan menghalang-halangi penyelenggaraan Imunisasi Program dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.&rdquo;
<h2>Imunisasi untuk Bayi 1 Bulan&nbsp;</h2>
Saat bayi Ayah Bunda lahir, dalam waktu 1x24 jam petugas kesehatan memberikan imunisasi pertamanya. Berikut ini rincian imunisasi yang diberikan selama bayi berusia satu bulan dan manfaatnya.&nbsp;
<h3>1. Imunisasi Hepatitis B (HB 0)&nbsp;</h3>
Diberikan kepada bayi dalam 24 jam setelah dilahirkan dengan dosis sebanyak 0,5 ml yang disuntikkan pada bagian paha luar bayi. Imunisasi Hepatitis diberikan untuk melindungi bayi dari infeksi virus hepatitis B.
<h3>2. Imunisasi Bacillus Calmette-Guerin (BCG)&nbsp;</h3>
Imunisasi ini diberikan untuk melindungi bayi dari penyakit tuberkulosis (TB). Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru-paru dan organ tubuh lainnya. Imunisasi BCG biasanya diberikan pada bayi sejak saat lahir atau usia 1 bulan pertama dengan dosis 0,05 ml yang disuntikkan di bawah kulit pada area lengan atas. Vaksin BCG ini harus sudah diberikan sebelum usia 3 bulan.&nbsp;
<h3>3. Polio&nbsp;</h3>
Imunisasi polio diberikan untuk melindungi bayi dan anak-anak dari infeksi virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen atau kematian. Imunisasi polio pertama dapat diberikan pada bayi sejak baru lahir hingga berusia satu bulan. Terdapat dua jenis yaitu imunisasi inaktif polio (IPV) yang diberikan dalam bentuk suntikan dan imunisasi oral polio (OPV) dalam bentuk tetes.&nbsp;
<h2>Penanganan Usai Imunisasi&nbsp;</h2>
Usai menerima imunisasi, dapat muncul efek samping ringan seperti: kemerahan dan bengkak di sekitar area suntikan, demam ringan, rewel, dan mudah mengantuk. Tidak perlu khawatir pada efek tersebut karena biasanya hanya sementara. Meski begitu, Ayah Bunda perlu menanganinya supaya bayi Ayah Bunda tetap nyaman dan kembali fit.&nbsp;
&nbsp;
Berikut hal yang bisa Ayah Bunda lakukan usai bayi mendapatkan imunisasi.&nbsp;
<h3>1. Pastikan Kenyamanan&nbsp;</h3>
Setelah mendapatkan imunisasi, bayi akan merasa tak nyaman dengan tubuhnya sehingga jadi rewel. Ayah Bunda bisa menanganinya dengan memberikan kasih sayang, mendekap atau menggendongnya dan bercanda dengan bayi Ayah Bunda untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa tidak nyaman.
<h3>2. Cek Berkala Suhu Tubuhnya</h3>
Demam ringan juga biasa terjadi pada bayi, Ayah Bunda tidak perlu panik namun lakukan pemeriksaan suhu tubuh secara berkala. Apabila suhu tubuh bayi meningkat lebih dari 38 derajat Celcius, pastikan diberikan cairan yang cukup, berikan kompres air hangat dan dapat pula menggunakan obat penurun demam sesuai petunjuk dokter.
<h3>3. Berikan ASI atau Susu&nbsp;</h3>
Setelah mendapatkan imunisasi, bayi mungkin merasa tidak nyaman sehingga ingin menyusu. Berikan Air Susu Ibu (ASI) atau susu secukupnya untuk membantu bayi tetap terhidrasi.&nbsp;
<h3>4. Istirahatkan Bayi&nbsp;</h3>
Setelah mendapatkan imunisasi, upayakan untuk tidak membawa bayi Ayah Bunda dalam aktivitas padat. Upayakan untuk menidurkan bayi Ayah Bunda supaya lekas pulih dari efek samping yang terjadi padanya.&nbsp;
<h3>5. Cek Berkala Area Suntikan&nbsp;</h3>
Efek samping imunisasi biasanya bersifat ringan dan sementara, tetapi ada kemungkinan untuk terjadi reaksi alergi yang parah pada sebagian kecil kasus. Ayah Bunda perlu memperhatikan tanda-tanda bahaya seperti: sesak nafas, bengkak pada wajah atau bibir, dan ruam kulit. Jika bayi mengalami tanda-tanda tersebut, segera periksakan ke dokter.&nbsp;
Foto: designed by freepik
Sumber: 
https://www.kemkes.go.id/article/view/18043000011/berikan-anak-imunisasi-rutin-lengkap-ini-rinciannya.html
http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html&nbsp;
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1331/pentingnya-imunisasi-bagi-anak
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Penyelenggaraan_Imunisasi_.pdf

Imunisasi Dasar yang Wajib Diberikan untuk Bayi 1 Bulan


Down syndrome adalah kelainan genetik yang menyebabkan keterbelakangan fisik &amp; mental pada anak. Kenali penyebab dan ciri-ciri down syndrome lainnya di sini!

Disabilitas

Masalah Kesehatan

Setiap orang tua tentunya berharap anak mereka lahir dengan sehat, baik secara fisik ataupun mental. Namun, kondisi kelainan genetik dapat memicu gejala keterbelakangan fisik dan mental pada anak. Salah satu kondisi kelainan genetik yang paling sering terjadi adalah down syndrome.
Down syndrome adalah kondisi kelainan genetik yang dapat dideteksi sejak anak masih berada di dalam kandungan. Meskipun dapat diketahui sejak dini, down syndrome tidak dapat dicegah. Down syndrome umumnya terjadi karena kelebihan kromosom di dalam tubuh. Faktor usia orang tua hingga faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya down syndrome.
Beberapa ciri-ciri pada penderita down syndrome adalah tingkat kecerdasan yang rendah, ciri wajah yang khas, kecacatan, dan gangguan perkembangan. Seiring bertambahnya usia, anak penderita down syndrome dapat mengalami komplikasi. Bagi Bunda yang akan merencanakan program kehamilan, mari simak penyebab munculnya down syndrome serta ciri-ciri down syndrome pada anak!
<h2>Penyebab Down Syndrome&nbsp;</h2>
Bayi yang baru lahir akan mendapatkan 46 kromosom dari orang tuanya, yaitu 23 pasang kromosom dari ayah dan ibunya. Kromosom ini mengandung informasi gen dari kedua orang tua, seperti ciri-ciri tubuh yang akan diturunkan kepada anak.&nbsp;
Pada kebanyakan kasus down syndrome, salah satu kromosom tidak membelah dengan sempurna. Bayi dengan down syndrome akan lahir dengan 3 salinan kromosom, atau salinan tambahan, yang juga dikenal dengan kromosom 21. Kromosom tersebut harusnya hanya memiliki 2 salinan. Kromosom tambahan ini akan menimbulkan masalah saat otak dan tubuh bayi berkembang di dalam perut ibu.
<h3>Faktor Risiko Penyebab Down Syndrome</h3>
Faktor usia saat hamil juga dapat mempengaruhi terjadinya down syndrome pada anak. Beberapa ibu yang hamil di usia 35 tahun ke atas lebih berisiko memiliki anak dengan down syndrome dibandingkan ibu yang lebih muda. Risiko ini semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia ibu hamil.&nbsp;
Umur ayah juga berkaitan dengan kemunculan down syndrome anak. Ayah dengan usia 40 tahun ke atas lebih berisiko memiliki anak dengan down syndrome.
Faktor risiko lainnya dari kemunculan down syndrome pada anak adalah orang dengan sejarah anggota keluarga pengidap down syndrome, serta orang yang mengidap translokasi genetik. Walaupun faktor ini tidak sepenuhnya memastikan anak akan memiliki down syndrome, masih ada risiko-risiko yang perlu orang tua waspadai.
<h3>Jenis-Jenis Down Syndrome</h3>
Down syndrome terbagi menjadi 3 jenis. Perbedaan ketiganya sulit dikenali kecuali dengan melihat kromosomnya secara langsung. Hal ini disebabkan oleh ciri fisik dan perilaku dari ketiga jenis down syndrome yang mirip.
Trisomy 21
Jenis trisomy 21 adalah jenis down syndrome yang paling umum di seluruh dunia. Pada jenis ini, setiap sel di dalam tubuh memiliki 3 salinan kromosom 21 terpisah, ketika kromosom tersebut seharusnya hanya memiliki 2 salinan saja.
Mosaik
Pada anak dengan jenis down syndrome mosaik, tidak semua sel di dalam tubuhnya memiliki kromosom tambahan. Hasilnya, anak akan mengalami gejala yang lebih sedikit dibandingkan dengan jenis down syndrome lainnya.
Translokasi
Jenis down syndrome translokasi terjadi saat kromosom tambahan tidak sepenuhnya terpisah, melainkan &ldquo;menempel&rdquo; di kromosom yang berbeda. Jenis down syndrome translokasi dapat diturunkan dari orang tua ke anak.
<h2>Ciri-ciri Down Syndrome</h2>
Kemungkinan bayi yang mengidap down syndrome dapat dideteksi sejak masa awal kehamilan melalui skrining kelainan genetik. Bayi yang lahir dengan kemungkinan down syndrome akan menunjukkan ciri-ciri fisik yang khas dari kromosom tambahan penyebab down syndrome.&nbsp;
<h3>Gejala Fisik Down Syndrome</h3>
Para penderita down syndrome umumnya memiliki ciri wajah yang khas. Ciri-ciri fisik down syndrome pun sudah dapat dikenali sejak lahir. Beberapa gejala fisik down syndrome antara lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Garis tangan yang lurus (simian crease)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Wajah dan hidung datar</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ukuran kepala, telinga, dan mulut yang kecil</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Letak telinga yang lebih ke bawah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sudut mata bagian luar naik ke atas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lidah besar yang tidak sebanding dengan ukuran mulut</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sering disertai dengan penyakit jantung bawaan, gangguan tiroid, hingga tonus otot lemah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kulit yang kendur di belakang leher</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Otot lemah dan sangat lentur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ruas jari yang pendek dengan jarak yang cukup besar di antara jari pertama dan kedua</li>
</ul>
<h3>Gejala Perilaku Down Syndrome</h3>
Seiring bertambahnya usia, anak dengan down syndrome juga akan menunjukkan beberapa gangguan perilaku dan pembelajaran. Beberapa gejala gangguan perilaku pada anak down syndrome adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keterlambatan dalam berbicara dan perkembangan bahasa</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sulit fokus</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Susah tidur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Keras kepala dan rewel</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemampuan kognitif yang terhambat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Toilet training yang terhambat</li>
</ul>
Anak yang memiliki down syndrome juga cenderung tumbuh lebih lambat dan lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak semua anak dengan down syndrome memiliki gejala di atas. Tetapi, jenis gejala dan tingkat keparahannya dapat berbeda-beda di tiap penderita down syndrome.
<h3>Komplikasi Down Syndrome</h3>
Anak-anak dengan down syndrome dapat mengalami komplikasi tertentu yang semakin terlihat ketika beranjak dewasa. Beberapa komplikasi dari down syndrome adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cacat jantung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cacat gastrointestinal</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penyakit imun</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sleep apnea</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Obesitas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Permasalahan tulang belakang</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Leukimia</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Dementia</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi telinga</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kejang</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah penglihatan dan pendengaran</li>
</ul>
Tidak semua anak dengan down syndrome memiliki penyakit bawaan. Tapi, anak down syndrome dengan penyakit tertentu akan membutuhkan penanganan medis tambahan.
Itu dia penjelasan seputar penyebab down syndrome dan juga ciri-cirinya. Terlepas dari gangguan pertumbuhan yang dialami anak penderita down syndrome, mereka tetap bisa mendapatkan kasih sayang dan nutrisi sebaik-baiknya dari orang tuanya.&nbsp;
Meskipun down syndrome tidak dapat dicegah, berbagai perawatan dan terapi dapat membantu si kecil untuk beraktivitas mandiri serta mengembangkan potensi minat bakatnya. Semakin cepat anak mendapatkan penanganan, maka kemampuan anak down syndrome untuk beraktivitas akan semakin baik. Jadi, jangan menyerah dan semangat terus, Bunda!

Ciri-ciri Down Syndrome pada Anak dan Penyebabnya

Temukan cara efektif mendukung kecerdasan anak melalui Executive Function (EF) dengan ide aktivitas dan stimulasi yang tepat dari rekomendasi Harvard University untuk anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.

Di tengah dunia yang semakin kompleks, mempersiapkan si Kecil untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal menjadi tanggung jawab utama orang tua.&nbsp;
Pertumbuhan fisik, seperti tinggi dan berat badan, seringkali menjadi fokus utama karena mudah diukur dan terlihat. Namun, perkembangan otak juga tak kalah penting karena yang mendasari kemampuan anak dalam mengenali lingkungan, mengkoordinasikan gerakan tubuh, serta berinteraksi dengan orang lain.&nbsp;
Oleh karena itu, orang tua perlu memperhatikan kedua aspek ini untuk mendukung pertumbuhan menyeluruh si Kecil.
Dalam artikel ini, Tentang Anak akan mengulas cara memaksimalkan fungsi kognitif anak sekaligus memberikan ide stimulasi yang bisa diterapkan orang tua untuk membantu mengoptimalkan kecerdasan anak.
<h2>Proses Perkembangan Otak Manusia</h2>
Otak anak berkembang dengan cepat. Pada usia 2 tahun, otak mereka sudah mencapai 80% dari berat otak orang dewasa, dan pada usia 6 tahun, beratnya mencapai 90%. Proses ini sangat penting untuk perkembangan kecerdasan anak.
Perkembangan otak dimulai dari bagian belakang yang disebut oksipital, yang bertanggung jawab untuk penglihatan. Kemudian, otak berkembang ke bagian tengah (parietal) yang mengatur gerakan, dan terakhir ke bagian depan (frontal) yang mengontrol fungsi berpikir dan kognitif.&nbsp;
Seiring bertambahnya usia, kemampuan anak untuk menerima pengetahuan dan berpikir juga terus meningkat. Proses perkembangan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetik, nutrisi, lingkungan, dan stimulasi yang diberikan.
Salah satu keterampilan penting dalam perkembangan anak adalah Executive Function (EF). EF mencakup kemampuan untuk merencanakan, memecahkan masalah, menyimpan informasi (memori kerja), dan mengatur diri.&nbsp;
Keterampilan ini menjadi dasar bagi perkembangan belajar anak, serta mempengaruhi kesuksesan akademik dan karier di masa depan. Menurut Harvard University, EF juga membantu anak siap menghadapi tantangan hidup yang akan datang.
<h2>Mengenal Pentingnya Executive Function (EF) Bagi Anak</h2>
Executive Function (EF) adalah sekumpulan keterampilan kognitif yang membantu anak mengatur pikiran, emosi, dan perilakunya.&nbsp;
Seperti sistem kontrol lalu lintas udara yang mengelola pesawat di bandara sibuk, EF berperan penting dalam membantu anak fokus, menyelesaikan masalah, dan beradaptasi dengan situasi baru.&nbsp;
Executive Function (EF) melibatkan kemampuan berpikir terstruktur, seperti:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perencanaan dan pemecahan masalah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memori kerja untuk menyimpan dan mengolah informasi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Fokus dan perhatian pada tugas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kontrol diri agar tidak mudah terdistraksi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Regulasi diri dan inisiasi untuk mulai dan menyelesaikan aktivitas.</li>
</ol>
Keterampilan EF mendasari banyak aspek kehidupan anak, mulai dari kesiapan sekolah hingga keberhasilan di masa depan&mdash;baik dalam akademik, karier, maupun hubungan sosial.&nbsp;
Bahkan, EF disebut lebih penting untuk kesiapan sekolah dibanding IQ atau kemampuan membaca dan bisa memprediksi kompetensi matematika dan literasi di masa sekolah.
<h3>Cara Memantau Perkembangan EF pada Anak</h3>
Ada tiga faktor utama yang perlu diperhatikan dari Executive Function yakni:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kontrol Diri: Anak mampu menahan impuls dan tidak mudah terdistraksi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kemampuan Fokus: Anak bisa konsisten menyelesaikan masalah atau tugas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Fleksibilitas: Anak dapat beradaptasi dan menyesuaikan cara berpikir sesuai dengan situasi dan prioritas.</li>
</ol>
Status gizi yang baik berperan penting dalam mendukung perkembangan EF. Anak yang sehat secara fisik cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih optimal.
Dengan stimulasi dan dukungan yang tepat, keterampilan EF akan berkembang secara bertahap dan menjadi pondasi penting bagi kesuksesan anak di masa depan.
<h2>Ide Aktivitas untuk Stimulasi Executive Function Pada Anak</h2>
Melalui stimulasi yang tepat secara bertahap sejak dini, anak mampu mengembangkan kemampuan berpikir strategis, fokus, hingga bekerja dengan efisien.
<h3>6 - 18 Bulan</h3>
Pada usia ini, anak-anak aktif membangun keterampilan executive function (EF) dan regulasi diri. Interaksi yang responsif dari orang dewasa sangat penting untuk perkembangan.&nbsp;
Berikut beberapa aktivitas yang dapat membantu bayi mengembangkan fokus, melatih memori, dan keterampilan kontrol diri.&nbsp;
Pilih aktivitas yang sesuai dengan minat bayi dan menyenangkan, dan biarkan mereka menentukan berapa lama ingin bermain.
<h4>1. Bermain sambil menggendong bayi</h4>
Beberapa ide stimulasi yang bisa dilakukan AyBun saat tengah memangku atau menggendong si Kecil adalah:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=518">Cilukba (Peek a Boo)</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=593">Bermain rima kata</a> &rarr; Lakukan stimulasi yang sama berulang kali agar bayi dapat lebih mudah mengingat dan memahami aturan permainan.</li>
</ul>
<h4>2. Hide &amp; Seek</h4>
Benda tersembunyi merupakan cara menyenangkan untuk melatih daya ingat bayi. Aktivitas yang bisa AyBun lakukan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=263">Di Mana Mainanku?</a></li>
</ul>
<h4>3. Meniru Gerakan</h4>
Anak sangat suka meniru orang dewasa. Ajak anak untuk meniru gerakan AyBun. Mulailah dengan gerakan sederhana, seperti menggerakkan jari hingga mengikuti pola rumit seperti menyusun lego.&nbsp;
Berikut beberapa aktivitas yang bisa dilakukan bersama si Kecil:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=594">Meniru Gerakan</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=60">Musik dan Gerak</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=531">Playing With Big Legos</a></li>
</ul>
<h4>4. Permainan Jari (Fingerplays)</h4>
Kegiatan ini melibatkan gerakan tangan sederhana dan dapat diiringi dengan lagu atau syair. Berikut aktivitas permainan jari yang dapat AyBun lakukan bersama si Kecil:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=311">Paper Finger Puppet</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=595">Jari-jari Bernyanyi</a></li>
</ul>
<h4>5. Ngobrol Bersama Anak</h4>
Berbicara dengan bayi sangat baik untuk membangun perhatian, meningkatkan memori, dan melatih kontrol diri. Beberapa ide stimulasi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=248">Mengobrol Bersama AyBun</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=522">Tunjukkan Gambar di Buku</a></li>
</ul>
Berbicara dalam dua bahasa juga terkenal bermanfaat. Anak-anak bilingual cenderung memiliki keterampilan fungsi eksekutif dan pengendalian diri yang lebih baik.&nbsp;
Dengan stimulasi kemampuan dua bahasa, AyBun tidak hanya meningkatkan keterampilan bahasa bayi tetapi juga mendukung perkembangan kognitif mereka secara keseluruhan!
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=369">Bacakan Buku Dua Bahasa</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=362">Menyanyikan Lagu Bahasa Inggris</a>.</li>
</ul>
18 - 36 Bulan
Di usia ini, kemampuan bahasa anak berkembang pesat. Bahasa berperan penting dalam perkembangan executive function (EF).
Kemampuan berbahasa yang baik akan membantu anak memahami pikiran, tindakan, serta aturan yang kompleks. Berikut beberapa ide stimulasi yang dapat AyBun lakukan:
<h4>1. Permainan Aktif</h4>
Balita suka tantangan fisik. Cobalah aktivitas berikut bersama si Kecil:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=398">Bermain Lempar Ambil Bola</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=596">Berjalan di balok keseimbangan</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=200">Melompat &amp; Meloncat</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=168">Lomba Lari bersama Ayah &amp; Bunda</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=83">Kursi Musikal</a> &rarr; permainan ini dapat melatih anak mengenali emosi dan situasi, berdasarkan lagu &amp; instruksi.&nbsp;</li>
</ul>
<h4>2. Bernyanyi dan Bergerak</h4>
Aktivitas bernyanyi sambil bergerak melatih kontrol diri dan memori. Contoh: <a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=253">Bernyanyi Kepala Pundak Lutut</a> sambil menggerakkan tangan mengikuti lagu.
<h4>3. Bercerita dan Percakapan</h4>
Ajak anak bercerita agar mereka belajar mengingat kejadian dan memahami perasaan. Beberapa ide aktivitas yang dapat dilakukan yakni:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=103">Cerita Berbelanja</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=349">Bercerita Aktivitas Harian</a> </li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=87">Ceritakan Perasaanmu Hari Ini</a>.</li>
</ul>
<h4>4. Permainan Mencocokkan dan Mengelompokkan</h4>
Permainan mengelompokkan benda berdasarkan bentuk atau warna membantu melatih fokus anak. Contoh aktivitas yang dapat dilakukan yakni:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=237">Mengelompokkan Warna &amp; Bentuk</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=384">Menyortir Benda Besar Kecil</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=405">Puzzle 4 Potong</a>.</li>
</ul>
<h4>5. Bermain Peran (Roleplay)</h4>
Balita suka meniru aktivitas orang dewasa. Biarkan anak memimpin permainan dan tentukan perannya sendiri. Contoh:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=597">Bersihkan Lantai Itu</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=598">Berpura-pura Memasak</a></li>
</ul>
<h3>3 - 5 Tahun</h3>
Keterampilan fungsi eksekutif dan regulasi diri anak berkembang pesat. Penting untuk menyesuaikan kegiatan dengan keterampilan anak.
<h4>1. Permainan Imajinatif</h4>
Anak-anak mulai mengembangkan aturan untuk menjalani peran tertentu, seperti bermain peran sebagai ibu, dokter, atau guru.&nbsp;
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id==401">Bermain Peran Sebagai Ibu</a>&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=77">Dokter </a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=79">Guru</a>.&nbsp;</li>
</ul>
<h4>2. Bercerita dengan Anak</h4>
Ajak anak bercerita untuk mengasah keterampilan bahasa dan kemampuan kognitif. Mulai dari cerita sehari-hari sederhana lalu ke cerita dengan rangkaian plot yang lebih rumit.
Dengan latihan, mereka dapat mengembangkan plot yang lebih kompleks dan terorganisir. Berikut adalah beberapa cara untuk mendukung keterampilan bercerita anak:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=146">Membaca Buku Cerita Bergambar</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=166">Bercerita Tentang Hari Ini</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=581">Mempelajari Suatu Habitat</a></li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=542">Bermain Peran Bersama</a></li>
</ul>
<h4>3. Permainan Gerak</h4>
Aktivitas ini mendukung fungsi eksekutif anak. Beri banyak kesempatan untuk menguji kemampuan fisik mereka. Contoh aktivitas menyenangkan:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=599">Bermain Jungkat-jungkit</a>&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1"><a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=596">Balok keseimbangan</a></li>
</ol>
<h4>4. Menyanyikan Lagu yang Kompleks</h4>
Ajak anak bergerak sesuai ritme dan menyelaraskan kata, musik, dan gerakan. Lagu kompleks yang berulang atau bertambah membantu melatih memori kerja anak.&nbsp;
Pilih medley yang terdiri dari beberapa lagu seperti <a href="tentanganak://activity?type=activity_detail&amp;id=568">Medley Senandung Kejora</a>&nbsp;minta anak untuk bergiliran menyanyikan setiap lagu dalam medley ini. Misalnya, pada medley senandung kejora, anak menyanyikan &ldquo;Paman Datang,&rdquo; dilanjutkan dengan &ldquo;Cemara,&rdquo; dan seterusnya.
<h2>Penutup</h2>
Dengan stimulasi yang tepat, Executive Function (EF) akan berkembang sesuai usia anak. Anak dengan EF yang optimal menunjukkan kontrol diri, kecepatan bertindak, serta kemampuan untuk fokus dan fleksibel dalam menghadapi masalah.&nbsp;
Kemampuan mengajukan pertanyaan kritis dan menciptakan ide kreatif juga mencerminkan perkembangan EF yang sehat.
Dukung terus perkembangan si Kecil dan dapatkan <a href="tentanganak://activity?type=activity">ide-ide stimulasi</a>&nbsp;menarik di fitur Tentang Anak!

Mengenal Executive Function untuk Mengembangkan Kecerdasan Anak Versi Harvard University

Kehadiran si Kecil di sebuah keluarga adalah momen istimewa, tak jarang banyak hal-hal baru yang membuat Ayah Bunda belum pernah alami sebelumnya, untuk itu kenalan dulu yuk dengan lime kebiasaan bayi baru lahir di sini

Pertumbuhan

Memahami kebiasaan bayi baru lahir merupakan langkah penting dalam memberikan perawatan yang tepat dan memastikan pertumbuhan serta perkembangan yang optimal. Ketika orang tua memiliki wawasan yang baik tentang kebutuhan dan perilaku bayi, mereka dapat merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan merawat bayi.
Untuk lebih jelasnya, simak kebiasaan bayi dari usia 0 hingga 6 bulan seperti di bawah ini!
<h2>5 Kebiasaan Bayi Baru Lahir</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64db4bcd-bfa5846e-1ba4-4bd9-8905-d52cfbad37ea.jpg" />
<h3><a href="https://tentanganak.com/artikel/kenapa-bayi-sering-gumoh/">1. Gumoh: saat bayi mengeluarkan cairan dari mulut setelah menyusu</a></h3>
Cara Mengatasi
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Posisikan anak tegak lalu elus atau tepuk lembut punggung selama &plusmn;30 menit</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Variasikan posisi sendawa (anak didudukkan atau ditengkurapkan di paha)</li>
</ul>
Tanda Bahaya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gumoh berwarna hijau/coklat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi tampak lemas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Terjadi &gt;4x/hari</li>
</ul>
<h3><a href="https://tentanganak.com/artikel/cara-menghilangkan-cegukan-pada-bayi-cepat-dan-efektif/">2. Cegukan: kontraksi spontan pada otot diafragma</a></h3>
Cara Mengatasi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Posisikan anak tegak lalu elus atau tepuk lembut punggung selama &plusmn;30 menit</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Variasikan posisi sendawa (anak didudukkan atau ditengkurapkan di paha)</li>
</ul>
Tanda Bahaya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Cegukan non stop &ge; 1 jam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rewel</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Disertai muntah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batuk-batuk</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sulit napas</li>
</ul>
<h3>3. Ngulet: gerakan meregangkan badan untuk mengeluarkan gas dari saluran cerna&nbsp;</h3>
Cara Mengatasi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rutin pijat perut anak dengan jari searah jarum jam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kayuhkan kedua kaki anak seperti naik sepeda&nbsp; (posisikan telentang)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Ajak tummy time</li>
</ul>
Tanda Bahaya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Sulit menyusu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Perut kembung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Muntah-muntah</li>
</ul>
<h3>4. Ngemut jari atau masukkan barang ke mulut, tidak perlu dilarang sampai usia 2 tahun&nbsp;</h3>
Cara Mengatasi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hanya perlu diawasi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pastikan barang yang dimasukkan ke mulut bersih, aman, tidak mudah retak</li>
</ul>
Tanda Bahaya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tersedak sampai sulit napas</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Barang tertelan</li>
</ul>
<h3>5. Jarang BAB (terutama bayi ASI eksklusif)</h3>
Cara Mengatasi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jika BAB teksturnya lembek, anak aktif dan masih mau menyusu merupakan hal yang normal</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rutin disendawakan</li>
</ul>
Tanda Bahaya:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak BAB &gt;10 hari</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menolak menyusu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Disertai muntah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kembung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tinja keras</li>
</ul>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/64db4bfa-49d36aa1-d73a-44a9-976d-e05bcb47f46a.jpg" />
Bukan hanya kelima yang sudah disebutkan di atas, salah satu aspek utama dalam kehidupan bayi baru lahir adalah tidur. 
Bayi tidur sekitar 16-18 jam per hari, terbagi dalam beberapa periode tidur singkat. Namun, mereka tidak mengikuti pola tidur malam seperti orang dewasa. 
<a href="https://tentanganak.com/artikel/penyebab-bayi-susah-tidur-dan-cara-mengatasinya/">Kebiasaan tidur bayi baru lahir umumnya tidak teratur</a>, dengan periode tidur pendek yang diikuti oleh makan, kenyamanan, dan interaksi dengan lingkungan sekitar.
Selanjutnya kebutuhan gizi bayi baru lahir penting diperhatikan sangat berbeda dengan orang dewasa. 
Mereka membutuhkan asupan nutrisi yang kaya dan tepat untuk mendukung pertumbuhan yang sehat. Bayi umumnya diberi makan susu ibu atau formula dengan frekuensi yang tinggi, sekitar 8-12 kali sehari.
Dan tidak kalah penting, Bayi baru lahir memiliki naluri bawaan untuk merespons rangsangan dari lingkungan sekitar. Mereka merespons suara, cahaya, dan sentuhan dengan cara yang menggembirakan. 
Ini adalah cara mereka berinteraksi dengan dunia sekitar dan membangun hubungan dengan orang tua mereka.
Merawat bayi baru lahir adalah tugas yang menggembirakan, tetapi juga menantang. Dengan memahami kebiasaan bayi, orang tua dapat memberikan perawatan yang sesuai dan mendukung perkembangan optimal.
Jika Ayah Bunda sudah menjaga kebersihan, nutrisi, tidur anak yang baik, dan interaksi yang positif, Ayah Bunda dapat membantu bayi tumbuh menjadi individu yang sehat dan bahagia.
Foto: Freepik
Sumber:
https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/diapers-clothing/Pages/Infant-Reflux-and-Gastroesophageal-Reflux-Disease.aspx
https://kidshealth.org/en/parents/reflux.html
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/spitting-up/art-20047025
https://www.webmd.com/baby/what-to-do-if-your-baby-has-hiccups#:~:text=Hiccups%20are%20normal%20and%20usually,or%20after%20feeding%20to%20relax.
https://www.healthline.com/health/baby/baby-mouthing&nbsp;
https://www.babycentre.co.uk/x6721/why-does-my-baby-put-everything-in-her-mouth#:~:text=By%20the%20time%20she's%20two,putting%20objects%20into%20their%20mouths&nbsp;

5 Kebiasaan Bayi Baru Lahir yang Wajib Diketahui!

Keterlambatan kemampuan bicara atau speech delay pada anak membuat orang tua khawatir. Kenali penyebab dan cara mengatasinya di sini.

Gangguan Perkembangan

Perkembangan si Kecil yang baik tentunya membuat Ayah dan Bunda bersemangat dalam mengasuh dan mendampingi anak. Salah satu perkembangan yang yang terlihat secara signifikan adalah kemampuan berbicara. Sayangnya, beberapa dari anak mengalami keterlambatan kemampuan berbicara atau speech delay.
Speech delay terjadi ketika anak tidak bisa mengembangkan kemampuan berbicara dan bahasanya sesuai rentang usia yang diharapkan. Hal ini bisa terjadi karena gangguan pendengaran, gangguan kesehatan, atau anak hanya membutuhkan waktu lebih banyak untuk belajar berbicara.
Lalu apa penyebab dan cara mengatasi speech delay? Bagaimana cara orang tua untuk mendeteksi ciri-cirinya lebih dini? Berikut ini penjelasan lengkap mengenai speech delay pada anak.
<h2>Apa Itu Speech Delay?</h2>
Speech delay merupakan kondisi keterlambatan kemampuan bicara dan bahasa pada anak sesuai dengan tingkat usia yang diharapkan. Speech delay ini terlihat saat anak cukup sulit untuk mengatakan isi hatinya dan masih cukup sulit dimengerti oleh orang tua.
Pada umumnya, anak usia dua tahun akan memiliki pengetahuan 50 kata dengan kemampuan berbicara dua atau tiga kata. Kemampuan berbicara ini semakin meningkat seiring bertambahnya usia anak.
Namun, saat anak mengalami speech delay, ia dapat mengucapkan satu atau dua kata, tetapi sulit untuk menggabungkannya. Jika anak menunjukkan tanda-tanda tersebut, Ayah dan Bunda bisa mengenali penyebab speech delay dan cara mengatasinya berikut ini.
<h2>Ciri-Ciri dan Penyebab Speech Delay</h2>
Ada beberapa penyebab yang membuat anak mengalami speech delay. Kondisi ini biasanya terjadi karena faktor kemampuan kognitif anak, kecerdasan, atau kondisi medis tertentu. Untuk lebih jelasnya, berikut ciri-ciri dan penyebab speech delay pada anak.
<h3>Ciri-Ciri Speech Delay</h3>
Kenali ciri-ciri speech delay pada anak saat perkembangan berbicaranya tidak sesuai rentang yang diharapkan, yakni mulai dari:
<ol>
<li> Anak menghindari kontak mata saat diajak berbicara dengan orang tua.</li>
<li> Anak tidak bereaksi saat dipanggil oleh orang tua.</li>
<li> Sulit untuk berbicara atau meniru perkataan orang lain.</li>
<li> Belum bisa merangkai kata-kata.</li>
<li> Lebih banyak menunjukkan gestur tubuh daripada berbicara kepada orang tua.</li>
<li> Pengumpulan kosa kata pada anak masih rendah.</li>
</ol>
<h3>Penyebab Speech Delay</h3>
Ciri-ciri speech delay tersebut terjadi karena beberapa penyebab yang mungkin dialami oleh anak, mulai dari kondisi kesehatan hingga lingkungan yang kurang mendukung. Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya, yakni sebagai berikut.
<h4>1. Kurangnya Stimulus dari Ayah dan Bunda</h4>
Speech delay bisa terjadi karena lingkungan sekitar anak kurang memberikan stimulasi kepada anak, mulai dari mengajaknya berbicara, menggendongnya, mengajaknya main, hingga mengajaknya bercanda.
Dalam hal ini, anak tidak pernah terlibat dalam percakapan bersama orang tuanya. Untuk itu, Ayah dan Bunda harus menstimulasi anak sesuai usianya agar memiliki kemampuan bicara yang baik.
&nbsp;
<h4>2. Screentime yang Berlebihan</h4>
Selain mengajaknya berbicara, tumbuh kembang anak dapat diisi dengan screen time dengan menonton televisi atau gadget. Namun, hal ini dapat membuat kemampuan berbahasa anak kurang berkembang dengan baik.
Alasannya, screen time merupakan aktivitas yang dilakukan satu arah, sedangkan kemampuan berbahasa anak dapat dilatih dengan cara berkomunikasi dua arah.
Dilansir dari American Academy of Pediatrics, sebuah rumah sakit anak di Kanada pernah mengamati hampir 900 anak-anak berusia enam bulan dan dua tahun. Mereka menemukan bahwa bayi yang sering diberikan gadget secara berlebihan akan mengalami speech delay.
<h4>3. Memiliki Masalah Oral-Motorik</h4>
Penyebab selanjutnya adalah masalah oral-motorik, seperti apraksia. Gangguan ini terjadi saat area otak anak yang bertugas untuk menghasilkan ucapan sedang terganggu.
Akibatnya, anak akan mengalami speeh delay, sulit untuk mengkoordinasikan lidah, mulut, dan gerakan bicara. Hal ini juga akan membuat anak kesulitan dalam makan.
<h4>4. Autism spectrum disorder</h4>
Gejala autisme menjadi salah satu penyebab anak mengalami speech delay. Ciri-ciri anak yang mengalami autisme adalah perilaku yang dilakukan berulang, kata-kata yang diucapkan berulang kali, kurang bisa berinteraksi, dan memiliki kemampuan bicara yang cukup rendah.
<h4>5. Masalah pada Mulut</h4>
Masalah pada mulut yang dapat menyebabkan speech delay adalah akyloglossia. Masalah ini terjadi saat lidah anak tidak bisa bergerak bebas karena&nbsp; lipatan di bawah lidah yang terlalu pendek.Kondisi ini membuat anak sulit untuk menyebutkan beberapa huruf, seperti R, S, T, Z, D, dan&nbsp; L.
Selain itu, bibir sumbing juga bisa menjadi salah satu penyebab speech delay karena kondisi mulut yang dapat memengaruhi kemampuan bicara anak sesuai dengan rentang usia yang di diharapkan.
<h2>Cara Mengatasi Speech Delay</h2>
Tak perlu khawatir, speech delay tak selalu berbahaya jika anak tidak memiliki kondisi medis tertentu atau gangguan pada kesehatan. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan Ayah dan Bunda untuk mengatasi speech delay.
<h4>1. Memberikan Stimulasi kepada Anak</h4>
Langkah pertama untuk mengatasi speech delay pada anak adalah orang tua dapat mengajaknya berbicara secara rutin, membacakannya cerita, dan menyanyikan lagu untuk anak. Ayah dan Bunda juga dapat melatih kecerdasan logika anak dengan belajar merangkai benda, mengelompokkan sesuatu, atau memilih mainan yang cocok untuk anak.
Selain itu, Ayah dan Bunda bisa merangsang otak anak dengan mendengarkan lagu, memainkan alat musik, atau mengajaknya bernyanyi.
<h4>2. Membatasi Screen Time Gadget atau Televisi</h4>
Selanjutnya, Ayah dan Bunda harus membatasi screen time gadget atau televisi kepada anak. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat menghambat dan menurunkan kemampuan berbicaranya.
Usahakan Ayah dan Bunda memberikan penggunaan gadget maksimal 2 jam per hari di bawah pengawasan orang tua. Pemberian gadget juga bisa diberikan hanya untuk video call atau menelepon keluarga lainnya.
<h4>3. Membacakan Cerita kepada Anak</h4>
Ayah dan Bunda dapat membacakan cerita atau dongeng dengan gambar-gambar yang menarik. Minta anak untuk menyebutkan gambar-gambar yang ada di dalam buku, misalnya gambar hewan atau benda.&nbsp;
Dengan membacakan cerita, daya ingat, imajinasi, dan tambahan kosakata untuk anak akan meningkat.
<h4>4. Berkonsultasi dengan Dokter atau Ahli</h4>
Namun, jika anak belum bisa berbicara apa pun karena kondisi medis tertentu. Ayah dan Bunda dapat membawa Si Kecil ke dokter anak atau spesialis agar diberikan penanganan yang tepat. Untuk itu, selalu kenali ciri-ciri atau penyebab speech delay pada anak.
<h2>Apakah Vitamin Speech Delay Bermanfaat atau Hanya Mitos?</h2>
Speech delay dapat diatasi dengan mengajak anak bicara, memberikan stimulasi, mendengarkan orang di sekitarnya, dan berkonsultasi ke dokter. Penggunaan vitamin secara umum belum terbukti bisa mengatasi speech delay.&nbsp;
Kondisi ini dapat diatasi dengan terapi wicara. Namun, kondisi dapat berbeda jika anak memiliki kondisi medis tertentu. Sebelum memberikan vitamin atau obat, ada baiknya Ayah dan Bunda dapat mengkonsultasikannya langsung dengan dokter.
____________________________________________________________________________
Speech delay atau keterlambatan bicara dan bahasa pada anak dapat dilatih dengan peran orang tua yang begitu besar untuk mengajak anak bicara atau memberikan stimulasi yang cukup.
Perkembangan setiap anak berbeda-beda, jadi Ayah dan Bunda jangan terlalu khawatir akan kondisi speech delay ini. Namun, saat anak mengalami kondisi medis tertentu yang cukup berbeda dengan anak-anak lainnya, jangan lupa untuk membawanya ke dokter spesialis, ya!

Penyebab, Ciri dan Cara Mengatasi Speech Delay pada Anak

Dengan mengenal tanda awal pubertas pada anak laki-laki dan perempuan, AyBun dapat membantu si Kecil untuk pertumbuhan dan perkembangannya di masa remaja.

<a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=1975">Pubertas</a> adalah proses alami yang dialami setiap anak sebagai bagian dari tumbuh kembangnya. Penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda awal pubertas pada anak agar dapat memastikan perkembangannya berjalan sesuai dengan usianya.
Selain itu, pemantauan secara berkala dengan dokter dapat membantu mendeteksi adanya pubertas dini yang dapat berdampak pada tinggi badan dan kesehatan psikologis anak.
<h2>Tanda Awal Pubertas pada Anak</h2>
<h3>Anak Laki-laki</h3>
Tanda pertama pubertas pada anak laki-laki adalah pembesaran testis.
<ul>
<li>Sebelum pubertas, ukuran testis anak biasanya sebesar kacang merah.</li>
<li>Ketika pubertas dimulai, ukurannya bertambah menjadi seukuran anggur.</li>
</ul>
Tanda-tanda seperti perubahan suara atau munculnya jakun sering disalahartikan sebagai awal pubertas, padahal itu terjadi di tahap lanjut.
<h3>Anak Perempuan</h3>
Pada anak perempuan, tanda pertama pubertas adalah pertumbuhan payudara.
<ul>
<li>Menstruasi sering dianggap sebagai tanda awal, padahal ini adalah tahap akhir pubertas.</li>
<li>Jika tanda pertumbuhan payudara terjadi sebelum usia 8 tahun, sebaiknya orang tua segera berkonsultasi dengan dokter.</li>
</ul>
<h2>Mengapa Perlu Berkonsultasi ke Dokter?</h2>
Konsultasi dengan dokter diperlukan untuk:
<ol>
<li>Memastikan bahwa pubertas terjadi pada waktu yang tepat.</li>
<li>Memantau pertumbuhan anak setiap tahun untuk mencegah risiko tinggi badan pendek akibat pubertas dini.</li>
<li>Memberikan terapi hormonal jika diperlukan, untuk menunda pubertas dini dan menjaga keseimbangan pertumbuhan anak.</li>
</ol>
Sebagai contoh, jika anak perempuan berusia di bawah 8 tahun sudah menunjukkan pertumbuhan payudara, atau anak laki-laki berusia di bawah 9 tahun sudah mengalami pembesaran testis, ini memerlukan perhatian medis.
Dokter dapat membantu AyBun memahami tanda-tanda ini dan menentukan langkah terbaik untuk mendukung pertumbuhan anak.
Baca Juga: <a href="tentanganak://article?type=article&amp;id=872">&lsquo;Pendek&rsquo; Bukan Halangan Berprestasi! Kenali Growth Hormone Deficiency yang Dialami Lionel Messi</a>
<h2>Cara Mencegah Pubertas Dini</h2>
<ol>
<li>
Pola Makan Sehat Pola makan tinggi serat dan rendah lemak membantu menjaga keseimbangan hormon. Hindari makanan tinggi kalori dan produk olahan yang dapat memicu obesitas, salah satu faktor risiko pubertas dini​.
</li>
<li>
Batasi Paparan Bahan Kimia Berbahaya Hindari paparan bahan kimia seperti BPA dalam plastik atau ftalat dalam kosmetik, yang dapat mengganggu hormon anak​.
</li>
<li>
Rutin Berolahraga Aktivitas fisik membantu menjaga berat badan ideal dan menurunkan risiko gangguan hormonal​.
</li>
<li>
Pemantauan Rutin dengan Dokter Pemeriksaan tahunan dapat mendeteksi pubertas dini lebih awal dan membantu mengelola proses pertumbuhan anak sesuai usia​.
</li>
</ol>
<h2>Kesimpulan</h2>
Mengenali tanda pertama pubertas pada anak laki-laki dan perempuan membantu AyBun memantau perkembangan anak.
Jika tanda-tanda pubertas terjadi lebih cepat dari usia biasanya, segera konsultasikan dengan dokter. Dengan pendekatan yang tepat, anak dapat tumbuh secara optimal, baik fisik maupun emosional.
Pantau pertumbuhan anak menggunakan fitur <a href="tentanganak://growth_screen?type=growth_screen">Tumbuh</a>&nbsp;di aplikasi Tentang Anak. Jangan lupa untuk berkonsultasi rutin dengan dokter untuk memastikan tumbuh kembang anak optimal!

Tanda Awal Pubertas pada Anak Laki-laki dan Perempuan, Apa yang Pertama?

Saat merawat anak asakit memang hal yang membuat Ayah Bunda seringkali bingung bagaimana cara mengatasinya. Berbagai cara menyembuhkan anak baik metode yang modern hingga tradisional dilakukan. Salah satunya kerokan, tapi sebenarnya apakah hal itu diperbolehkan secara medis? Yuk, simak artikelnya.

Pertolongan Pertama

Kerokan merupakan salah satu pengobatan tradisional di masyarakat Asia yang dipercaya dapat meredakan gejala masuk angin, seperti badan pegal-pegal, sakit kepala, dan demam. Namun, apakah kerokan aman dilakukan pada anak-anak?
<h2>Pandangan Medis</h2>
Dari sisi medis, kerokan tidak memiliki bukti ilmiah yang kuat untuk membuktikan bahwa dapat menyembuhkan masuk angin. Kerokan hanya merupakan salah satu cara untuk meredakan gejala masuk angin, seperti rasa nyeri dan pegal.
Bahkan, kerokan tidak disarankan untuk dilakukan pada bayi dan anak di bawah usia 1 tahun. Hal ini karena kulit bayi dan anak yang masih sangat tipis, sehingga rentan mengalami luka dan infeksi akibat kerokan. Selain itu, bayi dan anak di bawah usia 1 tahun juga memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna, sehingga lebih rentan terhadap infeksi.
<h3>Risiko kerokan pada anak</h3>
Selain risiko luka dan infeksi, kerokan juga dapat menimbulkan beberapa bahaya lain pada anak, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rasa nyeri yang dapat mengganggu aktivitas anak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyebabkan ruam pada kulit</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menyebabkan iritasi pada kulit</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menjadi jalan masuk kuman penyebab infeksi</li>
</ul>
Cara mengatasi masuk angin pada anak
Ada beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi masuk angin pada anak, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Istirahat yang cukup</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Minum air putih yang banyak</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengonsumsi makanan bergizi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggunakan pakaian yang hangat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mandi air hangat</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggunakan obat-obatan yang dijual bebas</li>
</ul>
Berdasarkan berbagai pertimbangan, kerokan tidak disarankan untuk dilakukan pada anak-anak, terutama bayi dan anak di bawah usia 1 tahun. Jika anak mengalami gejala masuk angin, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
<h2>Tips Aman Kerokan</h2>
Memang kerokan tidak dianjurkan untuk si Kecil, tetapi bagi Ayah Bunda yang ingin kerokan, sebaiknya perhatikan tips berikut agar aman:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan benda tumpul yang bersih untuk kerokan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gunakan minyak atau lotion sebagai pelicin agar tidak terjadi luka pada kulit.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kerokan dengan tekanan yang ringan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari kerokan pada area kulit yang sensitif, seperti area wajah, leher, dan area vital.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Setelah kerokan, bersihkan kulit dengan air hangat dan sabun.</li>
</ul>
<h3>Penjelasan lebih lanjut</h3>
Kerokan adalah metode pengobatan tradisional yang dilakukan dengan cara menggoreskan benda tumpul, biasanya koin atau batu, pada kulit yang telah dilumuri minyak. Kerokan dipercaya dapat mengeluarkan angin yang dianggap menjadi penyebab masuk angin.
Namun, dari sisi medis, kerokan tidak memiliki bukti ilmiah yang kuat untuk membuktikan bahwa dapat menyembuhkan masuk angin. Kerokan hanya merupakan salah satu cara untuk meredakan gejala masuk angin, seperti rasa nyeri dan pegal.
Jika ada keluhan, yuk cek di fitur Tanya Ahli pada aplikasi!
Foto: Freepik
Sumber: https://www.medicalnewstoday.com/articles/320397#overview
https://www.nytimes.com/2022/09/12/well/live/lymphatic-drainage-gua-sha.html
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8483130/

Anak Kerokan saat Masuk Angin, Emang Boleh?

Studi terbaru menunjukkan bahwa usia awal pubertas maju kurang lebih 3 bulan setiap 10 tahun, membuat Gen Z mengalami pubertas lebih awal dibanding generasi sebelumnya. Apa penyebabnya? Simak faktor risiko dan cara pencegahannya di sini!

Pubertas adalah fase penting dalam perkembangan anak yang menandai transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Biasanya, pubertas terjadi antara usia 8 hingga 13 tahun pada anak perempuan dan 9 hingga 14 tahun pada anak laki-laki. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa generasi Z mengalami pubertas lebih awal dibandingkan generasi sebelumnya.
Sebuah studi menemukan bahwa usia awal pubertas maju sekitar 3 bulan setiap 10 tahun, menyebabkan semakin banyak anak mengalami pubertas dini. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran karena dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental anak di kemudian hari.
Lalu, apa penyebab pubertas dini pada Gen Z? Mari kita bahas faktor-faktor yang berkontribusi terhadap fenomena ini.
<h2 data-start="829" data-end="878">Faktor Penyebab Pubertas Dini pada Gen Z</h2>
<h3 data-start="880" data-end="911">1. Paparan Asap Rokok</h3>
Paparan asap rokok, terutama dari lingkungan rumah, berperan besar dalam meningkatkan risiko pubertas dini, terutama pada anak perempuan.
Studi pada 63.618 anak perempuan di Korea menemukan bahwa anak yang terpapar asap rokok di rumah lebih berisiko mengalami menstruasi dini.
Asap rokok mengandung bahan kimia toksik yang dapat mengganggu fungsi endokrin, yaitu sistem hormon yang mengatur pubertas dan menstruasi.
Gangguan pada sistem endokrin ini bisa menyebabkan produksi hormon seksual lebih cepat, sehingga mempercepat datangnya pubertas.
<h3 data-start="1488" data-end="1533">2. Obesitas dan Kadar Hormon Leptin</h3>
Obesitas menjadi salah satu penyebab utama pubertas dini, terutama pada anak perempuan.
Bagaimana obesitas mempengaruhi pubertas?
<ul data-start="1678" data-end="2038">
<li data-start="1678" data-end="1802">Di dalam tubuh, sel lemak memproduksi hormon leptin, yang berperan dalam mengatur nafsu makan dan fungsi reproduksi.</li>
<li data-start="1803" data-end="1907">Leptin yang tinggi dapat memicu pubertas lebih cepat karena memengaruhi produksi hormon seksual.</li>
<li data-start="1908" data-end="2038">Anak perempuan yang mengalami obesitas cenderung memiliki kadar leptin lebih tinggi, sehingga pubertas terjadi lebih awal.</li>
</ul>
Risiko lebih lanjut: Selain pubertas dini, obesitas juga dapat meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, dan masalah kesehatan lainnya di kemudian hari.
<h3 data-start="2214" data-end="2247">3. Kekurangan Vitamin D</h3>
Vitamin D memainkan peran penting dalam mengontrol pubertas karena bekerja pada otak dan ovarium.
Studi di China yang melibatkan 280 anak perempuan dengan pubertas dini menemukan bahwa:
<ul>
<li data-start="2350" data-end="2602">91,7% dari mereka mengalami kekurangan vitamin D.</li>
<li data-start="2350" data-end="2602">Anak-anak ini juga memiliki BMI lebih tinggi, yang mengindikasikan kelebihan berat badan.</li>
</ul>
Jadi, kekurangan vitamin D dapat mengganggu regulasi hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan seksual.
Solusi: Pastikan anak mendapatkan asupan vitamin D yang cukup melalui makanan, suplemen, atau paparan sinar matahari.
<h3 data-start="2849" data-end="2894">4. Faktor Lingkungan dan Pola Hidup</h3>
Selain faktor biologis, lingkungan dan gaya hidup modern juga berkontribusi terhadap pubertas dini pada Gen Z.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi:
<ul>
<li data-start="3010" data-end="3331">Paparan bahan kimia (seperti BPA dalam plastik) yang mengganggu hormon tubuh.</li>
<li data-start="3010" data-end="3331">Kurangnya aktivitas fisik yang berhubungan dengan peningkatan obesitas.</li>
<li data-start="3010" data-end="3331">Waktu tidur yang tidak cukup, karena hormon pertumbuhan bekerja maksimal saat anak tidur nyenyak.</li>
</ul>
Gaya hidup modern yang semakin tidak sehat ini dapat mempercepat proses pubertas pada anak-anak.
<h2 data-start="3441" data-end="3493">Bagaimana Mencegah Pubertas Dini pada Anak?</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67d27902-63cc6292-58bb-4346-88b0-cd454d947322.jpg" />
Meskipun ada faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan, beberapa langkah dapat dilakukan untuk mencegah pubertas dini, antara lain:
<ul>
<li data-start="3495" data-end="3630">Jaga pola makan sehat dengan mengurangi makanan tinggi lemak dan gula.</li>
<li data-start="3495" data-end="3630">Dorong aktivitas fisik untuk menjaga berat badan ideal.</li>
<li data-start="3495" data-end="3630">Pastikan anak mendapatkan cukup vitamin D, baik dari makanan, suplemen, maupun sinar matahari.</li>
<li data-start="3495" data-end="3630">Cukupkan waktu tidur anak agar hormon tubuh bekerja optimal.</li>
<li data-start="3495" data-end="3630">Lindungi anak dari paparan asap rokok dan bahan kimia berbahaya.</li>
<li data-start="3495" data-end="3630">Rutin periksa kesehatan anak ke dokter spesialis anak untuk mendeteksi tanda-tanda pubertas dini sejak dini.</li>
</ul>
<h2 data-start="4143" data-end="4162">Kesimpulan</h2>
Fenomena pubertas dini pada Gen Z bukan sekadar tren, tetapi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Studi menunjukkan bahwa usia awal pubertas semakin maju, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti paparan asap rokok, obesitas, kekurangan vitamin D, serta gaya hidup modern.
Dampak pubertas dini tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga psikologis anak. Oleh karena itu, penting bagi AyBun untuk memperhatikan pola makan, aktivitas fisik, serta lingkungan anak agar perkembangan mereka tetap optimal.