Dari mainan rattle hingga musik boks, berikut ini rekomendasi mainan yang aman dan cocok untuk bayi usia 2 bulan.

Perkembangan

Kesehatan Anak

Memberikan mainan untuk anak adalah hal yang umum dilakukan orangtua. Selain menyenangkan anak, mainan juga memberikan berbagai manfaat penting bagi si Kecil seperti membantu mengembangkan keterampilan motorik, sensorik, dan kognitif mereka. Namun, memilih mainan tidak boleh sembarangan ya, Ayah-Bunda. Pastikan untuk selalu memberikan mainan yang aman dan sesuai dengan usia anak Ayah Bunda.
Bagi Ayah Bunda yang sedang mencari mainan untuk bayi, artikel ini akan fokus membahas tips memilih mainan untuk bayi usia 2 bulan dan rekomendasi mainan yang baik untuk menstimulasi tumbuh kembangnya.
Sebelum membahas rekomendasi mainannya, mari kita ulas dulu sejumlah hal yang perlu dipertimbangkan ketika memilih mainan untuk bayi.
<h2>Tips Memilih Mainan Bayi 2 Bulan</h2>
<h3>1. Pilih Mainan yang Aman untuk Bayi</h3>
Hal pertama yang harus dipastikan adalah mainan yang Ayah Bunda berikan aman bagi bayi. Coba cek apakah mainan yang akan Ayah Bunda berikan bisa tertelan oleh bayi atau mengandung bahan berbahaya seperti zat kimia, cat, atau bahan yang dapat memicu alergi pada bayi. Untuk mengetahuinya, Ayah Bunda harus teliti untuk membaca kandungan yang tertera di kemasan mainan. Jika tidak ada keterangan yang pasti, lebih baik urungkan niat Ayah Bunda untuk memberikan mainan tersebut.
<h3>2. Pilih Mainan Sesuai Usia Anak</h3>
Mainan harus sesuai dengan usia bayi Ayah Bunda. Sebab, mainan yang tidak sesuai usia bukan hanya tidak menstimulasi anak melainkan juga berbahaya bagi bayi. Sebelum memilih mainan, lihat terlebih dahulu label usia yang biasanya disertakan oleh produsen mainan di bungkusnya. Jika Ayah Bunda bingung, tanyakan pada admin atau penjaga toko mengenai informasi yang Ayah Bunda butuhkan.
<h3>3. Pilih Mainan yang Mengembangkan Keterampilan</h3>
Mainan harus membantu bayi Ayah Bunda mengembangkan keterampilan motorik, sensorik, dan kognitif mereka. Mainan yang bisa dipegang dan digigit dapat membantu memperkuat keterampilan motorik dan sensorik. Sedangkan, mainan yang mengeluarkan suara atau menyala dapat mengasah keterampilan kognitif.&nbsp;
<h3>4. Pilih Mainan yang Mudah Dibersihkan</h3>
Sebelum membeli, pastikan mainan yang Ayah Bunda&nbsp;pilih mudah dibersihkan. Mainan yang sulit dibersihkan dapat menjadi sarang kuman dan bakteri yang dapat berbahaya bagi kesehatan bayi Ayah Bunda.
<h3>5. Mainan Bukan Pengganti Orang Tua</h3>
Meskipun mainan dapat membantu mengembangkan keterampilan bayi Ayah Bunda, pastikan Ayah Bunda memberikan waktu dan perhatian yang cukup pada anak. Kemampuan Interaksi sosial, kemampuan bahasa dan etika hanya bisa diperoleh dari orang tua.
<h2>Mainan yang Cocok untuk Bayi 2 Bulan</h2>
<h3>1. Mainan Gantungan Bayi</h3>
Pada usia 2 bulan, bayi mulai belajar mengembangkan koordinasi tangan dan mata mereka. Mainan gantungan warna warni dapat membantu mereka melatih gerakan tangan dan koordinasi mata. Mainan ini juga dapat membantu merangsang indra pendengaran karena suara-suara yang keluar dari mainan tersebut.
<h3>2. Mainan Rattle</h3>
Rattle dapat membantu merangsang indra pendengaran dan membantu bayi mengembangkan perhatian pada suara. Selain itu, mainan rattle juga dapat membantu melatih gerakan tangan dan koordinasi mata, serta membantu memperkenalkan konsep cause-and-effect pada bayi.
<h3>3. Mainan Musik Boks</h3>
Mainan musik juga direkomendasikan bagi bayi usia 2 bulan. Selain dapat menenangkan bayi, musik yang dihasilkan dari mainan ini dapat membantu merangsang indra pendengaran dan membangkitkan perhatian serta minat si Kecil pada suara.&nbsp;
<h3>4. Buku</h3>
Buku dengan gambar menarik dan warna yang colorful juga cocok untuk bayi usia 2 bulan. Namun, pastikan untuk memilih buku dengan bahan yang lembut dan bertekstur sehingga aman dan bermanfaat untuk menstimulasi sensorik si Kecil.
Foto: Fabrikasimf from Freepik

Rekomendasi Mainan Bayi 2 Bulan untuk Stimulasi Tumbuh Kembang si Kecil

Susu soya untuk bayi prematur ternyata tidak dianjurkan, mengapa? Yuk, simak alasan dan alternatif susu soya di artikel ini!

Pertumbuhan

Susu soya sering dianggap sebagai pilihan yang sehat bagi orang dewasa. Namun, ternyata susu soya untuk bayi prematur tidak dianjurkan. Ini karena bayi prematur memiliki sistem pencernaan yang belum sempurna, sehingga membutuhkan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
Untuk lebih jelasnya, yuk simak pembahasan lengkap tentang alasan mengapa susu soya untuk bayi prematur di bawah ini!
<h2>Apa Itu Susu Soya?</h2>
Susu soya adalah salah satu olahan produk kacang kedelai yang mudah dicerna oleh tubuh yang memiliki tinggi protein dan lemak, serta mengandung serat dan berbagai mineral yang berperan penting untuk tumbuh kembang.
Susu soya biasanya memiliki rasa yang sedikit manis dan memiliki tekstur yang mirip dengan susu sapi, namun kandungan proteinnya lebih tinggi dari susu sapi.
Selain itu, susu soya juga sering digunakan sebagai alternatif bagi orang yang intoleran terhadap laktosa atau yang ingin mengurangi konsumsi produk hewani.
<h2>Kelebihan Susu Soya</h2>
Susu soya memiliki beberapa kelebihan bagi kesehatan jika dikonsumsi secara teratur, antara lain:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tinggi protein: Kandungan protein yang tinggi dalam susu soya dapat membantu pembentukan dan perbaikan jaringan tubuh.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Rendah lemak jenuh: Kandungan lemak jenuh susu soya yang lebih rendah dibandingkan susu sapi dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengandung isoflavon: Susu soya mengandung isoflavon, yang merupakan zat aktif yang dapat membantu dalam menjaga kesehatan tulang.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengandung kalsium: Kandungan kalsium yang tinggi di dalam susu soya berperan penting untuk meningkatkan kesehatan tulang dan gigi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bebas laktosa: Susu soya bebas laktosa, sehingga dapat dijadikan pilihan bagi orang-orang yang memiliki intoleransi laktosa.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mengandung PUFA atau lemak tak jenuh ganda: Susu soya mengandung lemak tak jenuh ganda, yang dapat membantu dalam menjaga kesehatan jantung dan sistem pencernaan.</li>
</ul>
Dengan kelebihan di atas, susu soya menjadi salah minuman yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan jika dikonsumsi secara teratur.
Jiya Ayah dan Bunda tertarik untuk mengonsumsi atau memberikan susu soya sebagai alternatif gizi untuk si Kecil, pastikan Ayah dan Bunda memilih produk yang berkualitas tinggi dan diolah dengan baik agar Anda dapat memperoleh manfaatnya secara maksimal.
Sementara itu, susu formula soya yang beredar saat ini sudah difortifikasi, dan pemberiannya dapat dipertimbangkan untuk:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi usia &gt;6 bulan dengan alergi susu sapi, tetapi susu sapi formula terhidrolisat dan asam amino tetap menjadi pilihan utama&nbsp;</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Kondisi galaktosemia (gangguan metabolik)</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Intoleransi laktosa</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diare akibat infeksi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diet vegan (atas permintaan orang tua)</li>
</ul>
Namun, Ayah dan Bunda perlu mengetahui bahwasanya susu soya tidak boleh diberikan pada:
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1675375063.png" />
<h2>Mengapa Susu Soya Tidak Dianjurkan untuk Bayi Prematur?</h2>
Susu soya lebih baik dari susu sapi dan bisa mencegah bakat alergi adalah MITOS!
Studi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada pola pertumbuhan dan kesehatan anak yang mengonsumsi susu soya dan yang mengonsumsi susu sapi. Susu soya tidak bisa mencegah alergi atau intoleransi makanan pada anak yang berisiko.
Sementara itu, susu soya tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh bayi prematur karena kandungan protein tinggi yang dapat menyulitkan sistem pencernaan yang belum sempurna pada bayi tersebut. Ini dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti diare, mual, dan muntah.&nbsp;
Di sisi lain, susu soya juga mengandung isoflavon yang dapat mempengaruhi produksi hormon estrogen pada bayi prematur, yang dapat menyebabkan masalah pertumbuhan dan perkembangan si Kecil.
<h4>Perbandingan Kandungan Utama Susu ASI, Sapi, dan Soya</h4>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/1675375037.png" />
<h2>Alternatif Susu Soya</h2>
Untuk bayi prematur, disarankan untuk memberikan ASI (air susu ibu) atau formula susu bayi yang khusus diformulasikan untuk bayi prematur.&nbsp;
Formula susu ini memiliki kandungan protein yang lebih rendah dibandingkan susu sapi atau susu soya, sehingga lebih mudah dicerna oleh bayi prematur.
ASI merupakan pilihan yang paling baik untuk bayi prematur, karena memiliki nutrisi paling lengkap untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak.&nbsp;
Selain itu, ASI juga memiliki keunggulan lain seperti mampu menurunkan risiko infeksi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi, dan membantu dalam pertumbuhan otak yang optimal.&nbsp;
Itu dia kenapa para Bunda disarankan untuk memberikan ASI selama mungkin kepada si kecil.
Jika Bunda tidak dapat memberikan ASI kepada si Kecil, maka sebaiknya Bunda menggunakan formula susu bayi yang khusus diformulasikan untuk bayi prematur.
Selain itu, Ayah dan Bunda pelu memastikan untuk memilih formula susu yang berkualitas tinggi dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi si Kecil. Dan yang terpenting adalah berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak (DSA) untuk mendapatkan rekomendasi yang tepat!

Susu Soya untuk Bayi Prematur Tidak Dianjurkan, Ini Alasannya

frekuensi normal bab pada bayi baru lahir

Berapa kali bayi baru lahir BAB? AyBun mungkin penasaran, yuk cek frekuensi normal BAB pada bayi baru lahir di sini.

Sebagai orang tua baru, memahami pola <a href="https://tentanganak.com/artikel/cara-mengatasi-bayi-susah-bab/">buang air besar (BAB) bayi</a> adalah bagian penting dari merawat si Kecil. Meskipun terlihat sepele, pola BAB bisa menjadi indikator kesehatan bayi, terutama pada minggu-minggu pertama kehidupannya.&nbsp;
Artikel ini akan membantu AyBun memahami apa yang dianggap normal, faktor yang mempengaruhi frekuensi BAB, hingga kapan harus mencari bantuan medis.
<h2>Mekonium dan Transisi BAB</h2>
Dalam 24&ndash;48 jam pertama setelah lahir, bayi akan mengeluarkan mekonium. Mekonium adalah feses pertama bayi yang berwarna hijau tua hingga hitam, lengket, dan menyerupai tar. Mekonium menandakan bahwa saluran pencernaan bayi berfungsi dengan baik.
Setelah periode ini, pola BAB bayi mulai bertransisi. <a href="https://tentanganak.com/artikel/ciri-feses-bayi-asi-yang-normal/">Feses bayi yang mengkonsumsi ASI</a> akan berubah menjadi kuning dengan tekstur yang lebih lembut, sementara bayi yang diberi susu formula cenderung memiliki feses yang lebih padat dengan warna hijau atau cokelat kekuningan.
<h2>Frekuensi BAB pada Bayi Baru Lahir</h2>
<h4>Usia 0&ndash;6 Minggu</h4>
Pada fase ini, kebanyakan bayi BAB 2&ndash;5 kali per hari, bahkan ada yang BAB setiap kali selesai menyusu. Hal ini wajar terjadi karena ASI mengandung nutrisi yang mudah dicerna, sehingga pencernaan bayi bekerja lebih sering.
Bayi yang diberi <a href="https://tentanganak.com/artikel/susu-formula-dan-susu-hewani-mana-lebih-baik/">susu formula</a> biasanya BAB lebih jarang, tetapi tetap dalam kisaran normal sebanyak 1&ndash;4 kali sehari. Jika bayi AyBun tampak nyaman dan fesesnya lunak, tidak perlu khawatir meskipun frekuensinya sedikit lebih rendah dibandingkan bayi yang diberi ASI.
<h4>Usia 6 Minggu&ndash;3 Bulan</h4>
Setelah usia 6 minggu, frekuensi BAB bayi cenderung menurun. Beberapa bayi hanya BAB sekali sehari, bahkan ada yang BAB hanya sekali dalam seminggu. Kondisi ini masih dianggap normal selama bayi tetap sehat, berat badannya bertambah, dan fesesnya lunak.
Penurunan frekuensi ini disebabkan oleh efisiensi saluran pencernaan bayi yang mulai berkembang. ASI diserap hampir sepenuhnya oleh tubuh, sehingga menghasilkan lebih sedikit sisa untuk dibuang.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/jenis-jenis-bab-anak-yang-perlu-diwaspadai/">Jenis-Jenis BAB Anak yang Perlu Diwaspadai</a>
<h2>Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi BAB</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/67528481-0181030f-6ff6-4621-b37c-59574ec5ff1a.jpg" />
1. Jenis Asupan
Bayi yang mengkonsumsi ASI cenderung BAB lebih sering dibandingkan bayi yang diberi susu formula. ASI juga menghasilkan feses yang lebih lunak dan berwarna kuning. Di sisi lain, susu formula dapat menghasilkan feses yang lebih padat dan kadang berwarna hijau.
2. Usia Bayi
Bayi yang lebih muda biasanya lebih sering BAB karena saluran pencernaan mereka masih berkembang. Seiring waktu, pola BAB menjadi lebih jarang dan teratur.
3. Respons Tubuh Bayi
Setiap bayi memiliki pola BAB yang unik. Ada bayi yang BAB dengan cepat setelah menyusu, sementara yang lain memerlukan waktu lebih lama.
<h3>Tanda-Tanda Masalah pada Pola BAB</h3>
<h4>1. Diare</h4>
<a href="https://tentanganak.com/artikel/penyebab-dan-cara-mengatasi-diare-pada-bayi/">Diare pada bayi</a> ditandai dengan feses yang cair dan lebih sering dari biasanya. Jika diare berlangsung lebih dari satu hari, segera konsultasikan dengan dokter karena bayi rentan terhadap dehidrasi. Tanda-tanda dehidrasi meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bibir dan mulut kering</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak buang air kecil selama lebih dari 6 jam</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mata atau ubun-ubun terlihat cekung</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi tampak lemas</li>
</ul>
<h4>2. Sembelit</h4>
Sembelit jarang terjadi pada bayi yang hanya mengkonsumsi ASI. Namun, jika bayi mengalami feses yang keras, jarang BAB, atau tampak kesakitan saat BAB, ini bisa menjadi <a href="https://tentanganak.com/artikel/cara-mengatasi-sembelit-pada-bayi/">tanda sembelit</a>. AyBun bisa membantu bayi dengan:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Melakukan pijatan lembut pada perut bayi</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggerakkan kaki bayi seperti gerakan mengayuh sepeda untuk merangsang pencernaan</li>
</ul>
Jika sembelit tidak membaik, konsultasikan dengan dokter.
<h4>3. Warna dan Tekstur Feses yang Tidak Normal</h4>
Feses bayi yang sehat biasanya berwarna kuning, hijau, atau cokelat, dengan tekstur yang lunak. Namun, beberapa kondisi tertentu bisa menjadi tanda masalah, seperti:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Feses berwarna putih atau abu-abu: Bisa mengindikasikan masalah pada hati atau pencernaan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Feses hitam (bukan mekonium): Bisa menjadi tanda perdarahan di saluran pencernaan bagian atas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Feses berdarah: Biasanya akibat iritasi atau retakan di anus, tetapi jika darah terus muncul, segera konsultasikan dengan dokter.</li>
</ul>
<h2>Manfaat Memantau Pola BAB Bayi</h2>
Memantau frekuensi dan karakteristik BAB bayi dapat membantu AyBun memastikan bahwa bayi menerima asupan yang cukup dan berada dalam kondisi sehat.
Bayi yang mendapatkan cukup ASI biasanya memiliki pola BAB yang lebih teratur. Selain itu, pola BAB juga dapat menjadi indikator keberhasilan menyusui, terutama pada minggu-minggu pertama.&nbsp;
Jika si Kecil tampak jarang BAB, sulit buang air kecil, atau berat badannya tidak naik, segera temui dokter atau konsultan laktasi.
Baca Juga: <a href="https://tentanganak.com/artikel/rekomendasi-buku-anak/">15 Rekomendasi Buku Anak yang Edukatif dan Menarik</a>
<h2>Kapan Harus Mencari Bantuan Medis?</h2>
Konsultasikan dengan dokter jika si Kecil menunjukkan tanda-tanda berikut:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidak BAB selama lebih dari seminggu, terutama jika fesesnya keras atau bayi tampak kesakitan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diare yang berlangsung lebih dari 24 jam.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Feses yang mengandung darah atau berwarna tidak normal.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bayi tampak lemas, sulit menyusu, atau menunjukkan tanda dehidrasi.</li>
</ul>
<h3>Kesimpulan</h3>
Frekuensi BAB bayi baru lahir sangat bervariasi, mulai dari beberapa kali sehari hingga sekali seminggu. Pola ini dipengaruhi oleh usia dan jenis asupan yang diterima bayi. Selama bayi tumbuh dengan baik, tidak perlu khawatir jika pola BABnya berbeda dengan bayi lain.
Namun, sebagai orang tua, penting untuk memahami tanda-tanda yang tidak normal pada pola BAB bayi. Dengan memantau frekuensi, warna, dan tekstur feses bayi, AyBun dapat memastikan bahwa si Kecil mendapatkan asupan yang cukup dan berada dalam kondisi sehat.&nbsp;
Jika ada kekhawatiran, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.

Ini Frekuensi Normal BAB pada Bayi Baru Lahir dalam Sehari, Catat!

susu formula dan susu hewani, mana yang lebih baik?

WHO merekomendasikan susu hewan untuk anak usia 12-23 bulan yang tidak lagi minum ASI. Pelajari perbandingan nutrisi antara susu hewan dan susu formula, serta alasan di balik rekomendasi ini.

Dalam beberapa waktu terakhir, WHO mengeluarkan rekomendasi terkait pemberian makanan pendamping pada bayi usia 6 - 23 bulan yang cukup menarik perhatian.&nbsp;
Salah satu poin penting adalah terkait susu yang sebaiknya diberikan pada anak usia 12 - 23 bulan yang tidak lagi minum ASI.&nbsp;
WHO merekomendasikan susu hewan (animal milk) daripada susu formula pada kelompok usia ini.&nbsp;
Namun, apa sebenarnya yang mendasari rekomendasi ini, dan mana yang lebih baik antara susu formula dan susu hewan?
<h2>Mengenal Susu Formula dan Susu Hewan</h2>
Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami beberapa istilah berikut:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Susu Hewan: Susu yang berasal dari hewan, seperti sapi, kambing, atau unta. Biasanya termasuk susu segar atau susu yang telah dipasteurisasi.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Susu Formula: Didefinisikan oleh Codex alimentarius sebagai pengganti ASI yang dibuat khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupan hingga diperkenalkannya makanan pendamping yang sesuai.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Follow-up Formula: Susu formula yang diperuntukkan bagi bayi usia 6-11 bulan dan anak usia 12-35 bulan sebagai bagian dari diet penyapihan.</li>
</ol>
<h2>Rekomendasi WHO: Susu Hewan vs. Susu Formula</h2>
WHO merekomendasikan susu hewan untuk anak usia 12-23 bulan yang tidak lagi minum ASI.&nbsp;
Namun, penting untuk tidak menganggap bahwa susu hewan secara otomatis lebih unggul daripada susu formula.&nbsp;
Pada penelitian yang menjadi salah satu bahan pertimbangan WHO, ditemukan bahwa efek pertumbuhan, perkembangan, dan komposisi tubuh pada anak yang diberikan susu hewan dan susu formula cenderung sama.&nbsp;
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
<h3>1. Kandungan Gizi</h3>
Anak yang mengonsumsi susu formula memiliki kadar zink, zat besi, dan vitamin D yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang minum susu hewani.&nbsp;
Ini menunjukkan bahwa susu formula memiliki keunggulan dalam hal kandungan nutrisi tertentu yang penting untuk perkembangan anak.
<h3>2. Perkembangan Anak</h3>
Tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam indikator perkembangan anak antara yang mengonsumsi susu hewani dan susu formula.&nbsp;
Dengan kata lain, keduanya memiliki efek yang serupa pada pertumbuhan tubuh dan perkembangan anak.
Namun, anak yang minum susu hewan lebih rentan mengalami kekurangan vitamin D dan zat besi dibandingkan yang minum susu formula.
<h3>3. Kolesterol dan Profil Lipid</h3>
Perbandingan antara susu full-fat dan low-fat pada susu hewan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam profil lipid anak-anak yang mengonsumsi kedua jenis susu tersebut.&nbsp;
Begitu juga dengan susu sapi versus susu nabati, tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam kadar kolesterol atau lipid darah.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=1981">Pemerintah Resmi Larang Produsen dan Distributor Sufor Beri Diskon &amp; Pasang Iklan</a>
<h2>Mengapa WHO Merekomendasikan Susu Hewan?</h2>
Keputusan WHO untuk merekomendasikan susu hewani dibandingkan susu formula didasarkan pada beberapa pertimbangan:
<h3>1. Kebutuhan Gizi yang Berubah</h3>
Anak usia 12 - 23 bulan sudah mulai mendapatkan sebagian besar kalori dan kebutuhan zat gizi dari makanan.&nbsp;
Oleh karena itu, susu formula yang lebih lengkap zat gizinya dan harganya lebih mahal mungkin tidak diperlukan lagi.
<h3>2. Biaya dan Ketersediaan</h3>
Susu hewan biasanya lebih terjangkau dan lebih mudah didapatkan dibandingkan susu formula, terutama di negara dengan sumber daya terbatas.
<h3>3. Keberagaman Diet</h3>
Produk susu, termasuk susu hewani, dapat menjadi bagian dari diet yang beragam dan berkontribusi pada kecukupan nutrisi anak yang tidak disusui.
<h2>Perbandingan Susu Formula vs. Susu Hewan (Animal Milk)</h2>
Berikut adalah tabel perbedaan antara susu formula dan susu hewan (animal milk):
<table style="border-collapse: collapse; width: 100.052%; height: 175.75px;" border="1">
<tbody>
<tr style="height: 41.375px;">
<td style="width: 31.7107%; height: 41.375px; text-align: center;">
Aspek
</td>
<td style="width: 36.7089%; height: 41.375px; text-align: center;">
Susu Formula
</td>
<td style="width: 31.5526%; height: 41.375px; text-align: center;">
Susu Hewan
</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 31.7107%; height: 22.3958px;">Kandungan Nutrisi</td>
<td style="width: 36.7089%; height: 22.3958px;">Mengandung zat besi, zink, dan vitamin D lebih tinggi.</td>
<td style="width: 31.5526%; height: 22.3958px;">Nutrisi tergantung pada jenis susu, biasanya lebih rendah dalam zat besi dan vitamin D</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 31.7107%; height: 22.3958px;">Pertumbuhan</td>
<td style="width: 36.7089%; height: 22.3958px;">Tidak ada perbedaan signifikan dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.</td>
<td style="width: 31.5526%; height: 22.3958px;">Sama seperti susu formula, mendukung pertumbuhan normal</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 31.7107%;">Harga</td>
<td style="width: 36.7089%; height: 22.3958px;">Lebih mahal</td>
<td style="width: 31.5526%; height: 22.3958px;">Lebih ekonomis, terutama dalam jangka panjang</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 31.7107%; height: 22.3958px;">Ketersediaan</td>
<td style="width: 36.7089%; height: 22.3958px;">Tidak selalu tersedia secara lokal, terutama di daerah pedesaan atau terpencil.</td>
<td style="width: 31.5526%; height: 22.3958px;">Umumnya lebih mudah ditemukan dan tersedia</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 31.7107%; height: 22.3958px;">Manfaat Tambahan</td>
<td style="width: 36.7089%; height: 22.3958px;">Mencegah defisiensi nutrisi tertentu (anemia, vitamin D).</td>
<td style="width: 31.5526%; height: 22.3958px;">Memberikan kalori dan nutrisi dasar, tetapi tidak sekompleks susu formula</td>
</tr>
<tr style="height: 22.3958px;">
<td style="width: 31.7107%; height: 22.3958px;">Kebutuhan Usia 12-23 Bulan</td>
<td style="width: 36.7089%; height: 22.3958px;">Kurang dibutuhkan karena anak sudah mendapatkan lebih banyak nutrisi dari makanan padat.</td>
<td style="width: 31.5526%; height: 22.3958px;">Cukup memenuhi kebutuhan kalori dan nutrisi dasar anak.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<h2>Kesimpulan</h2>
Tidak ada jawaban yang pasti mengenai mana yang lebih baik antara susu formula dan susu sapi untuk anak usia 12-23 bulan.&nbsp;
Keduanya memiliki kelebihan masing-masing. Jika orang tua memilih untuk memberikan susu formula, anak akan mendapatkan asupan zink, zat besi, dan vitamin D yang lebih baik.&nbsp;
Namun, jika memilih susu hewani, orang tua mungkin lebih diuntungkan secara ekonomi dan kemudahan ketersediaan, asalkan kebutuhan nutrisi anak dapat terpenuhi dari makanan lainnya.
Pada akhirnya, keputusan ini harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan spesifik anak, serta ketersediaan sumber daya di keluarga. 
Selalu konsultasikan dengan tenaga medis atau ahli gizi untuk memastikan pilihan yang terbaik bagi perkembangan anak AyBun.

Susu Formula dan Susu Hewani, Mana yang Lebih Baik?

Anak terlambat bicara berisiko 2x lebih sering alami tantrum hebat. Pelajari milestone bahasa anak dari usia 1-5 tahun, tanda-tanda keterlambatan, dan cara mendukung komunikasi si Kecil untuk mencegah tantrum

Keterlambatan bicara pada anak dapat menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. 
Tanpa kemampuan untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan mereka, anak-anak seringkali meluapkan emosinya dalam bentuk tantrum.&nbsp;
Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang terlambat bicara memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami tantrum hebat.&nbsp;
Mari pahami lebih dalam mengenai keterlambatan bicara dan perkembangan&nbsp; bahasa pada anak:
<h2>Memahami Keterlambatan Bicara</h2>
<div class="flex max-w-full flex-col flex-grow">
<div class="min-h-8 text-message flex w-full flex-col items-end gap-2 whitespace-normal break-words [.text-message+&amp;]:mt-5" dir="auto" data-message-author-role="assistant" data-message-id="465b6bea-2f19-4845-9751-81275b497f7a">
<div class="flex w-full flex-col gap-1 empty:hidden first:pt-[3px]">
<div class="markdown prose w-full break-words dark:prose-invert light">
Bayangkan jika AyBun merasa takut, sedih, atau marah, tapi tidak bisa mengungkapkannya kepada orang terdekat. Pasti rasanya sangat sulit, bukan?
</div>
</div>
</div>
</div>
 Begitulah yang dialami si Kecil ketika ia mengalami keterlambatan bicara.
Tanpa kemampuan untuk menyampaikan apa yang mereka inginkan atau rasakan, anak-anak seringkali bereaksi dengan cara yang lebih emosional, seperti berteriak atau menangis.
<h3>Milestone Bahasa dan Kosakata Anak</h3>
Dalam memahami milestone perkembangan bahasa, ada dua komponen penting yang perlu diperhatikan AyBun yakni ekspresif dan reseptif.
Ekspresif ialah kemampuan anak untuk mengekspresikan atau mengungkapkan apa yang ia pikirkan, rasakan, atau butuhkan melalui kata-kata, gerak tubuh, atau ekspresi wajah.
Reseptif berkaitan dengan kemampuan anak dalam memahami bahasa yang didengar atau dibaca, seperti mengikuti instruksi, mengenali kata-kata, serta merespons dengan tepat terhadap pertanyaan atau permintaan.
Setiap anak memiliki perkembangan bahasa yang beragam, namun AyBun harus tetap hati-hati akan redflag yang muncul.
Berikut milestone perkembangan bicara dan bahasa untuk usia 1 hingga 5 tahun yang bisa dijadikan acuan:
<table style="border-collapse: collapse; width: 98.3846%; height: 1287.4px;" border="1">
<tbody>
<tr style="height: 61.7318px;">
<td style="width: 12.3464%; text-align: center; height: 61.7318px;">Usia</td>
<td style="width: 25.5503%; text-align: center; height: 61.7318px;">Ekspresif</td>
<td style="width: 25.5503%; text-align: center; height: 61.7318px;">Reseptif</td>
<td style="width: 36.5249%; text-align: center; height: 61.7318px;">Tanda Ketika Harus Dirujuk ke Ahli</td>
</tr>
<tr style="height: 188.75px;">
<td style="width: 12.3464%; height: 188.75px; text-align: center;">1 Tahun</td>
<td style="width: 25.5503%; height: 188.75px;">Mengeluarkan kata-kata pertama, kosakata 3-5 kata</td>
<td style="width: 25.5503%; height: 188.75px;">Mengenali nama sendiri dan mulai mengekspresikannya dengan gerakan.</td>
<td style="width: 36.5249%; height: 188.75px;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Tidak merespons saat namanya dipanggil</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Enggan melakukan kontak mata.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Tidak menggunakan kata-kata dengan benar (kata pertama).</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr style="height: 271.333px;">
<td style="width: 12.3464%; height: 271.333px; text-align: center;">2 Tahun</td>
<td style="width: 25.5503%; height: 271.333px;">
Memiliki kosakata sekitar 300 kata, dan menggunakan 2-3 kata dalam 1 kalimat
</td>
<td style="width: 25.5503%; height: 271.333px;">Memahami pertanyaan sederhana dan dapat mengikuti perintah.</td>
<td style="width: 36.5249%; height: 271.333px;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Belum dapat menggabungkan dua kata dalam satu kalimat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Tidak ada penambahan kosakata baru setiap minggu.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Tidak dapat mengikuti perintah sederhana.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Tidak bisa menunjuk bagian tubuh.</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr style="height: 208.919px;">
<td style="width: 12.3464%; height: 208.919px; text-align: center;">3 Tahun</td>
<td style="width: 25.5503%; height: 208.919px;">
Memiliki kosakata 1000 kata, dan sudah bisa berbicara dalam 3 - 4 kata di 1 kalimat.&nbsp;
</td>
<td style="width: 25.5503%; height: 208.919px;">
Mengikuti 2 perintah dan senang bermain interaktif dengan anak lain.
</td>
<td style="width: 36.5249%; height: 208.919px;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Kosakata terbatas (kurang dari 1000 kata).</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Enggan berinteraksi dengan teman sebaya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Belum bisa melakukan 2 perintah.</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr style="height: 233.542px;">
<td style="width: 12.3464%; height: 233.542px; text-align: center;">4 Tahun</td>
<td style="width: 25.5503%; height: 233.542px;">Menggunakan 4 - 5 kata dalam satu kalimat dan dapat menjawab pertanyaan sederhana.</td>
<td style="width: 25.5503%; height: 233.542px;">
Mengikuti 2 sampai 3 perintah.
</td>
<td style="width: 36.5249%; height: 233.542px;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Tidak dapat mengajukan atau menjawab pertanyaan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Tidak dapat menceritakan suatu kejadian, peristiwa, ataupun bercerita.</li>
</ul>
</td>
</tr>
<tr style="height: 323.125px;">
<td style="width: 12.3464%; height: 323.125px;">5 Tahun</td>
<td style="width: 25.5503%; height: 323.125px;">
Menggunakan 5-6 kata dalam 1 kalimat, sudah mulai menggunakan tata bahasa mirip orang dewasa.
</td>
<td style="width: 25.5503%; height: 323.125px;">
Memahami kebalikan (antonim), serta mampu mendengarkan dan memahami kebanyakan apa yang dikatakan orang lain.
</td>
<td style="width: 36.5249%; height: 323.125px;">
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Tidak dapat menyebutkan beberapa huruf atau angka.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Tidak mampu berbicara dalam 1 kalimat yang detail.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="2">Tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang dewasa atau teman sebaya.</li>
</ul>
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Sumber: American Speech-Language-Hearing Association (ASHA) .
<h2>Dampak Jika Tidak Ditangani</h2>
Tantrum hebat yang sering terjadi pada anak-anak dapat menyebabkan berbagai masalah di kemudian hari:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Stres bagi anggota keluarga.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Gangguan dalam sosialisasi dan akademis.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah mental di masa depan.</li>
</ul>
<h2>Cara Menangani Keterlambatan Bicara</h2>
Berikut pendekatan tepat yang dapat AyBun lakukan untuk membantu si Kecil mengatasi hambatan dalam berkomunikasi dan mengekspresikan diri dengan lebih baik:
<h3>1. Komunikasi Non-Verbal:</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menjaga kontak mata saat berbicara.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Menggunakan ekspresi wajah yang sesuai.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memanfaatkan gerak isyarat atau bahasa tubuh.</li>
</ul>
<h3>2. Bermain Permainan Non-Elektronik:</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain cilukba dan variasi gerakan tepuk tangan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bernyanyi dan berjoget.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain cermin bersama.</li>
</ul>
<h3>3. Berbagi Perhatian Bersama:</h3>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Membaca buku cerita dan menunjuk gambar.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bermain mainan bersama.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berjalan-jalan di sekitar rumah dan mendiskusikan tanaman atau hewan yang dilihat.</li>
</ul>
<h2>Kesimpulan</h2>
Mendukung anak dengan keterlambatan bicara memerlukan pemahaman, kesabaran, dan teknik komunikasi yang tepat.
Dengan melibatkan stimulasi yang sesuai, AyBun dapat membantu si Kecil mengatasi tantrum dan meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.
Jangan ragu untuk melakukan langkah awal dengan memantau perkembangan bahasa dan komunikasi si Kecil.
Gunakan fitur <a href="tentanganak://screening?type=screening">Skrining</a> di Aplikasi Tentang Anak untuk mengetahui apakah si Kecil mencapai milestone yang sesuai dengan usianya.&nbsp;
Semoga bermanfaat!

Mengatasi Keterlambatan Bicara pada Anak dan Stimulasi Komunikasi yang Efektif

Memarahi dan membentak anak ternyata tidak baik untuk pertumbuhan mereka. Yuk, simak tips agar tidak murah pada anak di sini!

Pola Asuh

Parenting

Saat mengasuh si Kecil ada saja yang membuat Ayah dan Bunda menjadi senang, haru, sedih, bahkan marah. Ini merupakan hal yang wajar karena seorang anak sedang dalam tahap perkembangan untuk bisa melakukan sesuatu dan terkadang bisa menguji kesabaran Ayah dan Bunda.
Marah merupakan bentuk emosi yang wajar dirasakan saat menghadapi sesuatu yang tidak sesuai harapan. Namun, kehilangan kesabaran saat marah dapat memperburuk masalah dan menyebabkan konflik dengan orang lain.&nbsp;
Padahal, anak-anak perlu merasa aman untuk tumbuh dan berkembang. Artinya, banyak konflik dan membentak anak tidak baik untuk pertumbuhan mereka.
Lalu, bagaimana cara agar orang tua tidak marah pada anak? Untuk mengetahuinya, yuk simak pemabahsan lengkap tentang tips agar tidak mudah marah pada anak berikut ini!
<h2>Apa Dampak Negatif Anak yang Sering Dimarahi?</h2>
Anak-anak yang sering dimarahi dapat mengalami dampak negatif pada kesehatan mental dan emosional mereka. Mereka mungkin merasa tidak aman, tidak dihargai, dan tidak diterima.&nbsp;
Jika terus terjadi, maka dapat menyebabkan masalah seperti rasa rendah diri, depresi, dan kecemasan pada si Kecil. Selain itu, anak-anak yang sering dimarahi juga mungkin kurang produktif di sekolah dan kurang bahagia secara umum.
Di sisi lain, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang aman dan mendukung akan merasa lebih sejahtera dan memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi. Mereka juga lebih mungkin untuk mengembangkan kemampuan sosial yang baik dan menjadi orang dewasa yang empati dan terbuka.
<h2>Penyebab Orang Tua Marah pada Anak</h2>
Menjadi orang tua tentu bukan perkara yang mudah, selalu ada tekanan yang tiada habisnya.&nbsp; Di tengah stres itu, ada kalanya anak melakukan hal-hal yang mungkin membuat Ayah dan Bunda memarahinya.&nbsp;
Namun, Ayah dan Bunda tahu tidak kalau ternyata&nbsp; betapapun menjengkelkannya perilaku anak kita, perilaku mereka tidak menyebabkan respons kemarahan kita.
Jika kita dalam keadaan yang tenang, maka kita bisa tetap sabar, berempati, dan menyelesaikan menyelesaikan permasalahan. Tetapi jika kita stress, kita cenderung bereaksi berlebihan.
Lalu, apa saja yang menyebabkan Ayah dan Bunda ingin marah?
Berikut adalah 5 (lima) hal penyebab AyBun mudah marah-marah:
<h3>1. Merasa diabaikan</h3>
Misalnya, Bunda kurang meluangkan waktu bersama atau quality time dengan Ayah karena terlalu sibuk sehingga Bunda jadi merasa sendirian mengurus anak.
<h3>2. Merasa kelelahan</h3>
Pekerjaan Ayah dan Bunda terlalu banyak, namun di saat yang bersamaan tetap harus sambil mengasuh anak tanpa Asisten Rumah Tangga (ART).
<h3>3.Merasa tertekan dan belum terbiasa</h3>
Misalnya anak baru memasuki masa MPASI lalu mulai menolak makan, Ayah dan Bunda kemudian terpancing emosi dan memaksa ia makan. Tapi, anak malah semakin menolak makan dan trauma yang kemudian membuat Ayah dan Bunda frustasi.
<h3>4. Tidak makan cukup dan teratur</h3>
Ayah dan Bunda terlalu sibuk terkait prioritas yang belum jelas. Hal ini kemudian membuat Ayah dan Bunda lupa untuk makanan dan menjadi terlalu lapar, hingga akhirnya mengganggu mood.
<h3>5. Tidak ada rutinitas</h3>
Misalnya Ayah dan Bunda kesulitan mengatur jadwal karena jam tidur anak yang masih berubah-ubah membuat Ayah dan Bunda jadi kurang tidur.
<h2>Tips Agar Orang Tua Tidak Mudah Marah Pada Anak</h2>
Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu orang tua agar tidak mudah marah pada anak:
<h3>1. Cari tahu penyebab marah</h3>
Jika Ayah atau Bunda sering merasa marah terhadap anak, cobalah untuk mencari tahu apa yang menjadi penyebabnya.&nbsp;
Mungkin Anda merasa tertekan atau kelelahan, atau mungkin Anda merasa tidak terpuaskan dengan sesuatu dalam hidup Anda. Mencari tahu penyebab amarah dapat membantu Anda untuk mengelola emosi dengan lebih baik.
<h3>2. Cobalah untuk tenang</h3>
Ketika Ayah dan Bunda sudah merasa akan marah, cobalah untuk menenangkan diri dengan cara:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tarik napas selama dua detik dan buang napas selama empat detik. Lakukan ini beberapa kali hingga detak jantung Anda melambat.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Jika anak Anda sangat berisik, coba tutupi telinga Anda atau kenakan headphone yang keras untuk sementara waktu. Kemudian ambil beberapa napas dalam-dalam.</li>
</ul>
Jika Ayah dan Bunda perlu mengambil waktu jauh dari anak Anda, berikut adalah beberapa hal yang bisa dicoba:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Lakukan sesuatu yang membuat Anda rileks, seperti mendengarkan musik, membolak-balik majalah, atau sekadar melihat ke luar jendela.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berlari atau berjalan-jalan di luar.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mandi air panas.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Diskusikan perasaan Anda dengan teman-teman.&nbsp;</li>
</ul>
Namun, Ayah dan Bunda perlu memastikan si Kecil berada di tempat yang aman sebelum beristirahat.&nbsp;
<h3>3. Gunakan kata-kata yang dapat membantu</h3>
Jika Ayah dan Bunda harus memberi tahu si Kecil untuk berhenti melakukan sesuatu, cobalah untuk menggunakan kata-kata yang membantu dan tidak menyakitkan. Misalnya, cobalah untuk mengatakan "Ayah/Bunda tidak suka jika kamu melakukan itu" daripada "Kamu selalu melakukan kesalahan!"
<h3>4. Buat batasan yang jelas</h3>
Anak-anak biasanya lebih mudah memahami apa yang diharapkan dari mereka jika orang tua memberikan batasan yang jelas. Ini dapat membantu mengurangi kebingungan dan kemarahan.
<h3>5. Hindari kekuatan fisik, apa pun yang terjadi</h3>
Beberapa studi membuktikan bahwa pukulan dan semua hukuman fisik lainnya dapat berdampak negatif pada perkembangan anak yang berlangsung sepanjang hidup.&nbsp;
Oleh sebab itu, American Academy of Pediatrics (AAP) sangat merekomendasikan orang tua untuk tidak melakukannya.
Memukul mungkin membuat Anda merasa lebih baik untuk sementara waktu karena melampiaskan amarah Anda, tetapi itu buruk bagi anak Anda, dan pada akhirnya menyabotase semua hal positif yang Anda lakukan sebagai orang tua.&nbsp;
<h3>6. Beri anak-anak ruang untuk tumbuh dan belajar</h3>
Anak-anak adalah individu yang sedang tumbuh dan belajar, jadi mereka mungkin melakukan kesalahan atau tidak memahami sesuatu. Berikan mereka ruang untuk tumbuh dan belajar, dan jangan selalu mengharapkan agar mereka menjadi seseorang yang sempurna.
Itu dia tips agar tidak mudah marah pada anak. Ingatlah bahwa anak belajar meregulasi emosi dari Ayah, Bunda, dan pengasuh di sekitarnya. Jika merasa marah, yuk ambil waktu sejenak untuk mencari penyebab dan cari solusinya sesuai kebutuhan!

Tips Agar Tidak Mudah Marah pada Anak


Pelajari cara aman menyajikan berbagai buah untuk bayi usia 6-18 bulan. Temukan tips penyajian buah yang tepat sesuai usia si kecil agar aman dan kaya nutrisi.

Tahukah AyBun? 41% kasus kematian anak disebabkan oleh benda asing yang terhirup atau tertelan, dan sebagian besar diakibatkan oleh makanan.&nbsp;
Karena itu, penting bagi AyBun untuk memastikan bahwa buah yang diberikan kepada si kecil aman dan sesuai dengan usianya.&nbsp;
Buah yang berbentuk bulat seperti anggur bisa meningkatkan risiko tersedak jika tidak disajikan dengan benar.
<h2>Tips Aman Menyajikan Buah untuk Bayi</h2>
Berikut cara menyajikan buah yang disesuaikan dengan perkembangan oromotor anak berdasarkan usia:
<h3>1. Pepaya</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66d41f31-cfd7d55c-357d-4af2-8de8-5aaccf5bd692.jpg" alt="cara sajikan pepaya sesuai usia anak" width="60%" height="60%" />
Sumber: instagram.com/expertboost.id/
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">6 bulan+ : Pilih pepaya matang, buang kulit dan bijinya, lalu potong besar berbentuk batang atau bulan sabit.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">9 bulan+ : Potong dadu seukuran gigitan. Agar tidak licin, AyBun bisa menambahkan topping seperti kelapa parut.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">12 bulan+ : Potong dadu seukuran gigitan dan sediakan garpu agar si kecil dapat belajar makan sendiri.</li>
</ul>
<h3>2. Alpukat</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66d41f4f-bd648349-9594-48f5-8879-227517a37725.jpg" alt="cara sajikan alpukat sesuai usia anak" width="60%" height="60%" />
Sumber: instagram.com/expertboost.id/
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">6 bulan+ : Potong alpukat berbentuk batang agar mudah digenggam oleh si kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">9 bulan+ : Potong dadu seukuran gigitan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">18 bulan+ : Bagi alpukat menjadi dua dengan kulit utuh, lalu sediakan sendok agar si kecil bisa belajar makan dengan sendirinya.</li>
</ul>
<h3>3. Mangga</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66d41f6b-fbb9ea5c-bfc4-48ee-a5bb-571ada409dea.jpg" alt="cara sajikan mangga sesuai usia anak" width="60%" height="60%" />
Sumber: instagram.com/expertboost.id/
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">6 bulan+ : Potong mangga berbentuk batang panjang dan lebar, atau biarkan anak mengunyah bijinya (dengan pengawasan).</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">9 bulan+ : Potong mangga dadu seukuran gigitan atau berbentuk batang.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">12 bulan+ : Potong dadu seukuran gigitan dan sediakan garpu untuk membantu si kecil makan dengan lebih mudah.</li>
</ul>
<h3>4. Stroberi</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66d41f8a-26ced796-5c11-4e88-9da5-6c128c321adf.jpg" alt="cara sajikan stroberi sesuai usia anak" width="60%" height="60%" />
Sumber: instagram.com/expertboost.id/
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">6 bulan+ : Berikan stroberi besar, lembut, dan matang secara utuh, setelah memotong batangnya.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">9 bulan+ : Iris stroberi tipis-tipis agar mudah dikunyah.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">12 bulan+ : Tetap diiris tipis, atau jika anak sudah siap, berikan stroberi utuh yang dipotong menjadi empat bagian.</li>
</ul>
<h3>5. Jeruk</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66d41f9e-a88bc85d-56e4-4d95-ae85-4111831978cd.jpg" alt="cara sajikan jeruk sesuai usia anak" width="60%" height="60%" />
Sumber: instagram.com/expertboost.id/
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">6 bulan+ : Potong jeruk menjadi irisan besar dan buang kulitnya untuk memudahkan si kecil makan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">9 bulan+ : Buang kulitnya, lalu potong jeruk dadu seukuran gigitan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">18 bulan+ : Potong jeruk dengan ukuran lebih besar dan biarkan dengan kulitnya untuk mengurangi risiko tersedak.</li>
</ul>
<h3>6. Timun</h3>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66d41fb0-904b7746-579e-4783-8392-c71bf0c7e4df.jpg" alt="cara sajikan timun sesuai usia anak" width="60%" height="60%" />
Sumber: instagram.com/expertboost.id/
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">6 bulan+ : Potong timun menjadi dua bagian memanjang agar mudah digigit dan dikunyah oleh si kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">9 bulan+ : Iris bulat tipis dan bagi menjadi setengah bagian.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">12 bulan+ : Potong timun besar dan memanjang, buang ujung yang meruncing untuk mengurangi risiko tersedak.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">18 bulan+ : Iris timun bulat tipis, bisa utuh atau dibagi menjadi setengah bagian.</li>
</ul>
<h2>Buah Sebagai Camilan Sehat untuk Bayi</h2>
Meskipun buah kaya akan vitamin dan mineral, si kecil tetap membutuhkan asupan nutrisi dari sumber makanan lain seperti daging, ayam, ikan, dan telur.&nbsp;
Oleh karena itu, jadikan buah sebagai camilan sehat dan pastikan MPASI yang diberikan bervariasi serta bergizi.&nbsp;
Memilih buah dengan warna yang berbeda seperti oranye, hijau, dan kuning dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral si kecil.
<h2>Kesimpulan</h2>
Menyajikan buah untuk bayi usia 6 - 18 bulan memerlukan perhatian khusus agar si kecil dapat menikmatinya dengan aman dan nyaman.&nbsp;
Dengan memilih cara penyajian yang tepat sesuai dengan usia bayi, AyBun bisa memberikan camilan sehat yang kaya akan nutrisi tanpa khawatir risiko tersedak.&nbsp;
Jangan lupa untuk selalu memastikan MPASI yang bervariasi demi mencukupi kebutuhan gizi si kecil.
Ingin tahu lebih banyak resep sehat dan ide makanan untuk si kecil? Kunjungi fitur <a href="tentanganak://food_list?type=food_list">Resep</a>&nbsp;di aplikasi Tentang Anak untuk mendapatkan inspirasi menu harian yang sehat dan bergizi!

Cara Menyajikan Berbagai Buah untuk Bayi Usia 6 - 18 Bulan yang Aman dan Sehat

Cari Tahu Perbedaan Karies dan Noda Hitam Pada Gigi Anak

Cari tahu perbedaan antara karies gigi dan noda hitam pada gigi anak! Pelajari ciri-ciri, penyebab, penanganan, dan tips pencegahan agar kesehatan gigi anak tetap terjaga dengan baik.

Kesehatan gigi anak merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan oleh setiap orang tua.&nbsp;
Salah satu masalah umum yang sering terjadi pada gigi anak adalah karies gigi dan noda hitam atau black stain.&nbsp;
Meski sekilas tampak serupa, kedua kondisi ini memiliki perbedaan yang signifikan baik dari segi penyebab, ciri-ciri, maupun penanganannya.&nbsp;
Artikel ini akan membahas perbedaan antara karies gigi dan black stain, serta cara pencegahan dan penanganannya.
<h2>Mengenal Noda Hitam Gigi (Black Stain)&nbsp;</h2>
Black stain merupakan noda hitam yang muncul di permukaan gigi anak. Meskipun menimbulkan kekhawatiran, black stain tidak merusak struktur gigi.&nbsp;
Permukaan gigi yang terkena noda ini tetap utuh, hanya saja muncul titik-titik berwarna kehitaman yang terkadang membentuk garis tipis di dekat gusi.&nbsp;
Penyebab black stain diduga berkaitan dengan bakteri dalam mulut yang menghasilkan noda kehitaman, serta faktor lain seperti pH air liur dan asupan zat besi yang tinggi.
<h2>Mengenal Karies Gigi (Gigi Berlubang)</h2>
Sementara itu, karies gigi adalah kondisi yang lebih serius di mana permukaan gigi mengalami kerusakan.&nbsp;
Proses karies menyebabkan permukaan gigi terkikis dan kehilangan keutuhannya, sehingga terbentuk lubang.&nbsp;
Karies gigi umumnya disebabkan oleh frekuensi konsumsi makanan manis, kebiasaan mengemut makanan, serta pembersihan gigi yang kurang optimal.
<h2>Ciri-ciri Noda Hitam (Black Stain) dan Karies Gigi</h2>
<img src="https://d1yumyy1wq8q4y.cloudfront.net/images/article/66d55c43-dcec873f-4d48-4600-8573-d93d8af631d3.jpg" alt="Ciri-ciri Noda Hitam (Black Stain) dan Karies Gigi" width="60%" height="60%" />
Sumber foto: instagram.com/tentanganakofficial/
Untuk mengenali kedua kondisi ini, perhatikan beberapa ciri-ciri berikut:
<h3>Noda Hitam (Black Stain)</h3>
Noda hitam pada gigi yang terlihat seperti titik-titik kecil atau garis tipis di area dekat gusi. Noda ini tidak menyebabkan kerusakan pada permukaan gigi.
<h3>Karies Gigi</h3>
Terdapat lubang pada permukaan gigi yang diakibatkan oleh proses karies. Permukaan gigi tidak lagi utuh dan sering kali gigi menjadi sensitif atau terasa sakit.
<h2>Penyebab Umum dari Noda Hitam (Black Stain)</h2>
Munculnya noda hitam (black Stain) masih diperdebatkan tapi banyak dokter gigi menyimpulkan hal ini disebabkan oleh bakteri microflora di dalam mulut yang menghasilkan pigmen hitam.&nbsp;
Beberapa faktor lain seperti pH air liur dan konsumsi zat besi yang tinggi juga dapat memicu munculnya noda ini.&nbsp;
Meskipun tidak merusak gigi, black stain perlu ditangani agar tidak menebal dan mengganggu estetika gigi anak.
<h2>Penyebab Umum dari Karies Gigi</h2>
Karies gigi lebih kompleks dan umumnya terjadi karena konsumsi makanan manis yang terlalu sering, kebiasaan mengemut makanan, serta kurang optimalnya pembersihan gigi.&nbsp;
Bakteri dalam mulut mengubah gula menjadi asam yang merusak lapisan gigi, membentuk lubang yang dapat memperburuk kondisi jika tidak segera ditangani.
Baca juga: <a href="tentanganak://article_detail?type=article_detail&amp;id=52">Berhenti Ngedot 18 Bulan, Cegah Karies Gigi Susu!</a>
<h2>Penanganan Noda Hitam (Black Stain)</h2>
Noda hitam ini tidak bisa hilang hanya dengan menyikat gigi. Diperlukan pembersihan langsung oleh dokter gigi secara rutin.&nbsp;
Jika dibiarkan, noda ini akan semakin tebal dan membuat anak tidak nyaman saat membuka mulut terlalu lama.
<h2>Penanganan Karies Gigi</h2>
Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah, karies gigi perlu ditambal. Hal ini penting untuk menjaga fungsi gigi dalam proses makan dan asupan nutrisi anak.&nbsp;
Jika tidak ditangani, karies bisa menyebabkan infeksi lebih lanjut dan mengganggu pertumbuhan gigi permanen.
<h2>Pencegahan Karies dan Noda Hitam (Black Stain)</h2>
Pencegahan adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan gigi anak. Berikut beberapa tips yang sering dilupakan oleh orang tua:
<ol>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bersihkan lidah dan gusi bayi menggunakan kain kasa steril minimal 2-3 kali sehari sebelum gigi tumbuh.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Hindari berbagi alat makan dengan anak karena bakteri penyebab karies dapat menular melalui droplet.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Stop penggunaan dot saat anak berusia 18 bulan dan mulai ajarkan anak minum menggunakan cangkir atau sendok sejak usia 8 bulan.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Periksakan gigi anak ke dokter gigi saat gigi pertama tumbuh atau dalam 6 bulan setelahnya, dan lakukan pemeriksaan berkala setiap 6 bulan.</li>
</ol>
<h2>Tips Agar Anak Semangat Sikat Gigi</h2>
Menjaga kebersihan gigi anak bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam hal membangun kebiasaan sikat gigi yang rutin. Berikut beberapa tips agar anak semangat sikat gigi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Mulai sedini mungkin: Ajak anak untuk terbiasa sikat gigi sejak kecil.</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Berikan contoh: Sikat gigi bersama anak, misalnya dengan mengatakan, "Ayah mau sikat gigi dulu sebelum tidur, biar bersih!" atau "Hmm wangi.. Coba Bunda lihat sudah bersih belum giginya?"</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Buat momen menyenangkan: Lakukan secara lembut dan menyenangkan. AyBun bisa sambil bernyanyi, bermain peran seperti dokter-dokteran, atau saling sikat gigi di depan kaca.</li>
</ul>
Dengan pendekatan yang menyenangkan dan konsisten, anak akan lebih mudah membangun kebiasaan baik ini dan menjaga kesehatan gigi mereka sejak dini.
<h2>Kesimpulan</h2>
Mengetahui perbedaan antara black stain dan karies gigi sangat penting bagi orang tua untuk memberikan penanganan yang tepat.&nbsp;
Noda hitam (black stain) memang tidak merusak gigi, tetapi tetap perlu dibersihkan oleh dokter gigi secara rutin.&nbsp;
Sementara itu, karies gigi yang lebih serius harus segera ditangani agar tidak menyebabkan kerusakan yang lebih parah.&nbsp;
Pencegahan sejak dini dengan kebiasaan sikat gigi yang baik, serta pemeriksaan rutin ke dokter gigi, akan membantu menjaga kesehatan gigi anak AyBun.

Menggandeng anak bila dengan cara yang kurang tepat akan berdampak buruk untuk tulang anak bahkan mengakibatkan cedera, untuk itu yuk cari tahu selengkapnya di sini!

Kondisi Kronik

Masalah Kesehatan

Menggandeng anak bila tidak dengan cara yang tepat bisa menyebabkan nursemaid&rsquo;s elbow yaitu kondisi ligamen siku yang berubah akibar hentakan kuat mendadak. Kondisi ini seringkali terjadi saat nurse/maid pengasuh berusaha mengamankan si Kecil dari bahaya dengan menarik tangannya secara tiba-tiba hingga terjadi cedera.&nbsp;
Cedera juga dapat terjadi selama bermain ketika seorang teman atau anggota keluarga yang lebih tua mengayunkan seorang anak hanya dengan memegang lengan atau tangan. &nbsp; wiNursemaid&rsquo;s elbow jarang disebabkan oleh jatuh. Jika seorang anak melukai siku saat jatuh dengan tangan terulur atau langsung ke siku, itu mungkin patah tulang daripada nursemaid&rsquo;s elbow.
Ternyata cedera paling sering terjadi pada anak di bawah 5 tahun karena tulang yang menghubungkan lengan atas dan lengan bawah belum kuat. Gejala tersering nursemaid&rsquo;s elbow &nbsp;anak akan langsung menangis karena nyeri dan tidak mau menggerakkan sikunya sama sekali, dan Anak akan menahan tangannya di satu posisi. Lalu, apakah ada gejala lainnya? Simak di bawah ini
<h2>Gejala Nursemaid&rsquo;s Elbow</h2>
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Nyeri langsung di lengan dan siku yang cedera, dan terkadang nyeri di pergelangan tangan dan/atau bahu</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Penolakan atau ketidakmampuan untuk menggerakkan lengan yang cedera</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Memegang lengan diam dan lurus di samping mereka, mungkin dengan siku sedikit ditekuk dan tangan diputar ke arah tubuh</li>
</ul>
Nursemaid&rsquo;s elbow bisa terasa nyeri, tetapi biasanya tidak ada memar atau bengkak. Jika anak Anda sakit parah, mereka mungkin mengalami patah tulang.
Penyebab nursemaid&rsquo;s elbow untuk menarik lengan anak tiba-tiba, menghentak lengan anak, mengayunkan anak pada pergelangan tangan, dan jatuh dengan lengan terulur.
<h2>3 Langkah Cegah Nursemaid&rsquo;s Elbow</h2>
Sebelum terjadinya cedera da 3 langkah yang dapat Ayah Bunda lakukan sebagai berikut
<h3>1. Tidak Menarik Lengan Bawah</h3>
Jika Ayah Bunda hendak menjaga atau mencegah anak dari hal yang berbahaya di sekitarnya jangan tarik lengan bagian bawah anak.
<h3>2. Hindari Mengayunkan Berlebihan</h3>
Bermain dengan anak memang merupakan hal yang menyenangkan, tetapi bila dilakukan berlebihan misalnya menganyun-ayun anak bisa saja berdampak pada hal-hal yang tidak diinginkan.
<h3>3. Sangga Tubuh Anak di Bawah Lengah</h3>
Untuk mengangkat anak dengan aman, pegang dengan lembut di bawah lengan. Jangan mengangkat anak dengan memegang tangan atau lengannya.
Nah, jadi sudah tahu kan Bunda betapa fatalnya jika menarik lengan anak dengan mendadak atau sembarangan. Jika terlanjur maka segera hubungi dokter anak atau langsung bawakan ia ke dokter orthopedi ya.&nbsp;
Buat Ayah Bunda yang masih bingung atau kewalahan mendampingin anak? Yuk, manfaatkan juga fitur-fitur di aplikasi Tentang Anak untuk menjawab semua pertanyaan Ayah Bunda mulai dari parenting, perencanaan keuangan, hingga belanja kebutuhan keluarga, tunggu apalagi unduh sekarang aplikasinya!
&nbsp;
Foto: Designed by freepik
Sumber: Healthy Children &amp; Royal Children Hospital, Melbourne

Hindari Menggandeng Tangan Anak Seperti Ini!

Temukan penyebab bau mulut pada anak meskipun sudah rajin menyikat gigi. Pelajari 5 faktor yang dapat menyebabkan masalah yakni adanya gerd / asam lambung, terkena diabetes, tanda penyakit ginjal, hingga tanda rinitis alergi. Baca selengkapnya

Meskipun sudah rajin menyikat gigi, masalah bau mulut masih bisa muncul dan menjadi sumber kekhawatiran bagi banyak orang.&nbsp;
Bau mulut tidak hanya dapat mengganggu kepercayaan diri, tetapi juga bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius.&nbsp;
Dalam artikel ini, Tentang Anak akan membahas 5 penyebab utama bau mulut pada anak, meskipun mereka sudah menjaga kebersihan gigi dengan baik.&nbsp;
Dengan mengetahui penyebabnya, AyBun dapat lebih mudah mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan mulut si kecil.
<h3>1. Bau Asam: Tandanya Asam Lambung atau GERD</h3>
Bau mulut bisa jadi disebabkan oleh asam lambung, seperti GERD (gastroesophageal reflux disease).&nbsp;
GERD terjadi ketika isi lambung, termasuk asam dan makanan yang belum tercerna, kembali mengalir ke kerongkongan, menyebabkan bau mulut asam atau halitosis.
Penyebabnya bisa jadi otot sfingter esofagus bagian bawah (LES) yang tidak berfungsi dengan baik. Seharusnya, LES berfungsi seperti katup, membuka saat menelan dan menutup setelahnya.&nbsp;
Jika LES tetap terbuka, asam lambung bisa mengalir kembali ke tenggorokan, menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.
<h3>2. Bau Keton: Tanda Diabetes</h3>
Bau keton, mirip bau buah atau aseton, dapat menandakan diabetes.&nbsp;
Kondisi ini terjadi ketika kadar gula darah (glukosa) terlalu tinggi karena tubuh tidak memproduksi atau menggunakan insulin dengan baik.&nbsp;
Akibatnya, glukosa terjebak dalam darah dan tidak bisa digunakan sebagai energi.
Ketika tubuh tidak bisa menggunakan glukosa, ia mulai membakar lemak, menghasilkan keton.
Kadar keton yang tinggi dapat menyebabkan ketoasidosis diabetik (DKA), yang ditandai dengan napas berbau buah.
Penyebab lain napas berbau keton yakni:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Pada saat berpuasa atau diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat (keto), tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi, meningkatkan kadar keton.</li>
</ul>
<h3>3. Bau Logam / Amonia: Tanda Penyakit Ginjal</h3>
Bau logam atau amonia bisa menjadi tanda adanya masalah ginjal. Ketika limbah menumpuk dalam darah, kondisi ini disebut uremia.&nbsp;
Hal ini dapat mengubah rasa makanan dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.
Anak mungkin jadi tidak suka makan daging atau kehilangan berat badan karena kehilangan nafsu makan.
<h3>4. Bau Busuk: Tanda Penyakit Hati</h3>
Bau busuk, seperti telur busuk dicampur bawang putih, bisa menjadi tanda adanya masalah hati.&nbsp;
Kondisi ini disebut fetor hepaticus, yang terjadi ketika hati tidak bisa menyaring zat-zat beracun dengan baik, biasanya akibat penyakit hati yang parah.
Zat sulfur yang menumpuk dalam darah dapat memengaruhi napas, sehingga saat menghembuskan napas, muncul bau yang khas.&nbsp;
Fetor hepaticus sering disebut sebagai &ldquo;napas orang mati&rdquo; karena hubungannya dengan penyakit hati yang serius dan berpotensi fatal.
<h3>5. Bau Tidak Sedap: Tanda Rinitis Alergi dan Kondisi Lainnya</h3>
Bau tidak sedap disertai mulut kering sering kali disebabkan oleh rinitis alergi, pernapasan mulut, sleep apnea, atau asma. 
Mulut kering terjadi ketika produksi air liur tidak cukup. Air liur penting untuk menjaga kebersihan mulut dan mengurangi bau.
Kondisi yang dapat menyebabkan mulut kering meliputi:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Masalah kelenjar air liur</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Tidur dengan mulut terbuka</li>
</ul>
Bau mulut juga bisa muncul akibat:
<ul>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi sinus</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Bronkitis kronis</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Infeksi saluran pernapasan atas atau bawah</li>
<li style="font-weight: 400;" aria-level="1">Batu amandel, yang bisa mengumpulkan bakteri</li>
</ul>
<h2>Penutup</h2>
Jika penyakit penyebab tertangani, maka bau mulut juga akan berkurang. 
Tetap jaga kebersihan mulut dengan sikat gigi 2 kali sehari, sikat lidah, dan konsumsi air putih yang cukup ya! Waspadai kemungkinan di atas ya, AyBun!&nbsp;